Jumat, 15 Juni 2012

laporan bpfr analisis proksimat


I.                   PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Analisis proksimat adalah suatu metoda analisis kimia untuk mengidentifikasi kandungan nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak dan serat pada suatu zat makanan dari bahan pakan atau pangan. Analisis proksimat memiliki manfaat sebagai penilaian kualitas pakan atau bahan pangan terutama pada standar zat makanan yang seharusnya terkandung di dalamnya. Menguapkan air yang terdapat dalam bahan dengan oven dengan suhu 100°-105°C dalam jangka waktu tertentu (3-24 jam) hingga seluruh air yang terdapat dalam bahan menguap atau penyusutan berat bahan tidak berubah lagi. Membakar bahan dalam tanur (furnace) dengan suhu 600°C selama 3-8 jam sehingga seluruh unsur pertama pembentuk senyawa organik (C,H,O,N) habis terbakar dan berubah menjadi gas. Sisanya yang tidak terbakar adalah abu yang merupakan kumpulan dari mineral-mineral yang terdapat dalam bahan. Dengan perkataan lain, abu merupakan total mineral dalam bahan. Komponen dalam suatu bahan yang tidak dapat larut dalam pemasakan dengan asam encer dan basa encer selama 30 menit adalah serat kasar dan abu. Untuk mendapatkan nilai serat kasar, maka bagian yang tidak larut tersebut (residu) dibakar sesuai dengan prosedur analisis abu. Selisih antara residu dengan abu adalah serat kasar.

1.2  Tujuan
Dalam melakukan praktikum ini kami memiliki beberapa tujuan yaitu :
Praktikum ini memiliki tujuan untuk mengeahui kandungan zat makanan dari bahan pakan yang akan diuji.Praktikum bertujuan untuk meningkatkan kemampuan praktikan dalam menganalisis proksimat baik meliputi pengetahuan dasar dan aplikasinya.



II.                TINJAUAN PUSTAKA


Kadar air dalam bahan pangan sangat mempengaruhi kualitas dan daya simpan dari bahan pangan tersebut. Oleh karena itu, penentuan kadar air dari suatu bahan pangan sangat penting agar dalam proses pengolahan maupun pendistribusian mendapat penanganan yang tepat. Hafez, E.S.E. (2000).
Dina,2001 menyatakan bahwa setiap 1kg dedak padi mengandung sekitar 20% serat kasar. didalam bungkil kedele banyak mengandung protein yang baik untuk pertumbuhan embrio ternak.
Bungkil kelapa pada umumnya mengandung protein kasar 20% dari bahan kering dan dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak unggas. Namun kandungan protein yang tersedia tidak dapat dimanfaatkan secara optimum oleh ternak karena nilai kecernaan nutrien tersebut cukup rendah. Mardiana (2007).
   Defano (2000) menyatakan ditiap bahan pakan yang paling kering sekalipun,masih terdapat kandungan air walaupun dalam jumlah yang kecil.Bahan yang paling banyak mengadung kadar air adalah  tepung kedele dengan nilai 18,1490 dan yang memiliki berat kering paling besar adalah tepung darah dengan nilai 99,7501.Kadar bahan kering ini pun dapat berubah-ubah,tergantung dari suhu dan kelembaban dari suatu wilayah ternak itu dipelihara.
Karra(2007)menyatakan bahwa pemanasan di dalam tanur adalah dengan suhu 400-600 derajat Celcius dan Halim(2006)menyatakan bahwa zat anorganik yang tertinggal di dalam pemanasan dengan tanur disebut dengan abu(ash).Disini,bahan pakan ternak yang paling banyak mengandung kadar abu adalah  tepung kulit kerang dengan persentase 92,9000.Ini disebabkan karena tepung kulit kerang memang terdiri bahan anorganik yang terdiri dari mineral-mineral seperti kapur.
Anggorodi (2005) menyatakan protein adalah esensial bagi kehidupan karena zat tersebut merupakan protoplasma aktif dalam semua sel hidup.Bahan yang paling banyak mengandung protein kasar adalah bungkil kedele.Karena nya,bungkil kedele mengandung asam amino paling tinggi dari bahan yang kami praktikumkan.
Khairul(2009)menyatakan bahwa lemak kasar yang dihasilkan dari penentuan lemak kasar adalah ekstraksi dari klorofil,xanthofil,dan karoten. Bahan yang mengandung banyak lemak kasar adalah tepung kedele.Ini dikarenakan tepung kedele merupakan sumber lemak nabati.
Serat kasar terdiri dari selulosa, hemiselulosa dan lignin. Selulosa dan hemiselulosa merupakan komponen dinding sel tumbuhan dan tidak dapat dicerna oleh ternak monogastrik. Hewan ruminansia mempunyai mikroorganisme rumen yang memiliki kemampuan untuk mencerna selulosa dan hemiselulosa. Chandra(2001).
Susi(2001) menyatakan bahwa bahan ekstrak tanpa nitrogen adalah kandungan zat makanan dikurangi persentase air,abu,protein kasar,lemak kasar,dan serat kasar.Kadar Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen dihitung sebagai nutrisi sampingan dari protein.







           







III.             MATERI DAN METODA


1.1  Waktu dan tempat
Praktikum bahan pakan dan formulasi ransum tentang Analisi Proksimat dilaksanakan dilaboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Universitas Jambi pada tanggal 14 sampai 19 Mei 2012 pukul 14.00 sampai dengan selesai.

1.2  Materi
Didalam melakukan praktikum analaisis proksimat, adapun bahan yang digunakan antara lain : Penetuan Kadar Air : cawan porselen, eksikator, oven 105oC, penjepit dan neraca analitik. Penentuan Kadar Abu : cawan porselen, eksikator, tanur, penjepit, neraca analitik, pembakar bunzen. Penentuan Protein Kasar : labu dekstruksi, labu destilasi, destilator, pemanas listrik, labu erlenmeyer 250 ml, labu erlenmeyer 500 ml, biuret, corong, pipet, gelas ukur, neraca analitik, batu didih, katalis campuran, H2SO4 pekat, H2SO4 0,3 N, NaOH 0,3 N, dan indikator campuran. Penentuan Lemak Kasar : soxhlet, kertas saring bebas lemak, sarung tangan karet, kapas bebas lemak, oven, batu didih, eksikator, neraca analitik, pinset, pelarut, dan corong. Penentuan Serat Kasar : gelas piala, cawan porselen, corong bucher, oven 105oC, pompa vakum, tanur, pemanas listrik, penjepit, kertas saring No. 41, H2SO4 0,3 N, NaOH 1,5 N, dan aseton.

3.3. Metoda
Di dalam melakukan praktikum Analisis Proksimat ada beberapa cara kerja yang perlu diperhatikan : Penentuan Kadar Air, adapun cara kerjanya adalah cawan porselen yang telah dicuci bersih, dikeringkan di dalam oven selama 1 jam dengan temperatur 105 oC. kemudian didinginkan di dalam eksikator sekitar 10-20 menit dan ditimbang ( C ). Sampel dihitung sebanyak 0,5-1 gram ( D ) dan dimasukkan ke dalam cawan porselen. Kemudian cawan dan sampel tersebut dikeringkan dalam open 105oC selama 112-16 jam. Cawan dan sampel ( E ) dikeluarkan dari oven dan didinginkan dalam eksikator selama 10-20 menit sampai diperoleh berat tetap. Penentuan Kadar Abu, adapun cara kerjanya antara lain : cawan porselen yang telah dicuci bersih, dikeringkan di dalam oven sekitar 1 jam pada temperatur 105o C. kemudian didinginkan dalam eksikator sekitar 10-20 menit dan ditimbang dengan teliti ( F ). Sampel ditimbang dengan teliti sebanyak 3 gram untuk sampel hijauan atau 5 gram untuk kosentrat ( G ) dan dimasukkan ke dalam cawan porselen. Pijarkan sampel yang terdapat dalam cawan porselen hingga berasap. Bakar cawan porselen berisi sampel dan tanur bersuhu 600oC. biarkan sampel terbakar selama 3-4 jam atau sampai warna sampel berubah menjadi putih semua. Setelah sampel bewarna putih semua, kemudian dinginkan dalam tanur pada suhu 120oC sebelum dipindahkan ke dalam eksikator. Setelah dingin timbang dengan teliti ( H ).
Penentuan Protein Kasar, adapun cara kerjanya antara lain : timbang sampel dengan teliti sejumlah 0,3 gram ( I ) dan masukkan kedalam tabung destruksi. Tambahkan kira-kira 0,2 gram katalis campuran dan 5 ml H2SO4 pekat. Panaskan campuran tersebut dalam lemari asam. Perhatikan proses destruksi selama pemanasan agar tidak meluap. Destruksi dihentikan bila larutan sudah menjadi hijau terang atau jernih, lalu dinginkan dalam lemari asam. Larutan dimasukkan ke dalam labu destilasi dan diencerkan dengan 60 ml aquades. Masukkan beberapa buah batu didih. Tambahkan pelan-pelan melalui dinding labu 20 ml NaOH 40 % dan segera hubungkan dengan destilator. Suling ( NH3 dan air ) ditangkap oleh labu erlenmeyer yang berisi 25 ml H2SO4 0,3 N dan 2 tetes indikator campuran ( methyl red 0,1 % dan bromcresol green 0,2 % dalam alkohol ). Penyulingan dilakukan hingga nitrogen dari cairan tersebut tertangkap oleh H2SO4  yang ada di dalam erlenmeyer ( 2/3 dari cairan yang ada pada labu destilasi menguap atau terjadi letupan-letupan kecil atau erlenmeyer mencapai volume 75 ml ). Labu erlenmeyer berisi sulingan diambil dan dititer kembali
dengan NaOH 0,3 N ( J ). Perubahan biru ke hijau menandakan titik akhir titrasi. Bandingkan dengan titer blanko ( K ).
            Di dalam praktikum analisis proksimat ini adapun cara kerja dari Penentuan Lemak Kasar antara lain : timbang sampel dengan teliti sebanyak 1 gram 9 L ) dan bungkus dengan kertas saring bebas lemak. Keringkan dalam oven 105cC selama 5 jam, dinginkan dalam eksikator dan timbang ( M ). Sampel dimasukkan kedalam tabung ekstraksi soxhlet. Alat soxhlet diisi dengan pelarut lewat kondensor dengan corong. Alat pendingin dialirkan dan panas dihidupkan. Ekstraksi berlangsung selama 16 jam sempai pelarut pada alat soxhlet terlihat jernih. Sampel dikeluarkan dari alat soxhlet dan keringkan ke dalam oven 105oC selama 5 jam, kemudian dinginkan dalam eksikator dan timbang ( N ).
            Adapun cara kerja dari Penentuan Serat Kasar antara lain : keringkan kertas saring whatman No. 41 di dalam oven 105OC selama 1 jam dan timbang (O). timbang dengan teliti 1 gram ( P ) sampel masukkan kedalam gelas piala. Tambahkan 50 ml H2SO4 0,3 N dan didihkan selama 30 menit. Cairan disaring melalui kertas saring yang telah diketahui beratnya didalam corong buchner yang telah dihubungkan dengan pompa vokum. Kertas saring bersama residu dicuci berturut-turut dengan 50 ml H2O panas, 50 ml H2SO4 0,3 N, 50 ml H2O panas dan aseton. Kertas saring berisi residu dimasukkan kedalam cawan porselen bersih dan kering dengan menggunakan oven. Cawan berisi sampel yang dikeringkan ke dalam oven 105oC sampai didapat berat yang konstan, didinginkan dalam eksikator dan ditimbang ( Q ). Pijarkan sampel dalam cawan hingga tak berasap. Kemudian cawan bersama isinya dimasukkan ke dalam tanur 600oC selama 3-4 jam. Setelah isi cawan berubah menjadi abu yang bewarna putih, diangkat, didinginkan dan ditimbag ( R ).











IV.             HASIL DAN PEMBAHASAN


Analisis proksimat adalah suatu metoda analisis kimia untuk mengidentifikasi kandungan nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak dan serat pada suatu zat makanan dari bahan pakan atau pangan. Analisis proksimat memiliki manfaat sebagai penilaian kualitas pakan atau bahan pangan terutama. Sket/bagan dari ANALISIS PROKSIMAT.



 




Penentuan Kadar Air
Menguapkan air yang terdapat dalam bahan dengan oven dengan suhu 100°-105°C dalam jangka waktu tertentu. hingga seluruh air yang terdapat dalam bahan menguap atau penyusutan berat bahan tidak berubah lagi.

Tabel 1. Hasil Perhitungan Penentuan Kadar Air
Kel
Bahan
C (gr)
D (gr)
E (gr)
KA (%)
BK (%)
A1
Tepung Rumput Gajah
40,4054
1,0001
41,3300
7,5500
92,4500
A2
Tepung Daun Ubi
33,7350
1,0006
34,6735
6,2062
93,7938
A3
Tepung Klobot Jagung
37,3631
1,0001
38,2968
6,6400
93,3600
A4
Tepung Ampas Tahu
40,2749
1,0009
41,2342
4,1562
95,8438
A5
Tepung Jagung
39,5538
1,0010
40,4466
10,7289
89,2711
A6
Tepung Bungkil Kedele
36,5345
1,0005
37,4067
12,8235
87,1765
A7
Tepung Bungkil Kelapa
39,1796
1,0006
40,0885
9,1645
90,8355
A8
Tepung Pelepah Sawit Segar
37.5443
1.0004
38,4683
7,6369
92,3630
A9
Tepung OPF Amoniasi
39.2999
1.0003
40,2240
7,6200
93,3630

Perhitungan kadar air :
            Kadar Air (X,%) = (C +D) – E x 100 %
                                                    D

   Defano (2000) menyatakan ditiap bahan pakan yang paling kering sekalipun,masih terdapat kandungan air walaupun dalam jumlah yang kecil.Bahan yang paling banyak mengadung kadar air adalah  tepung kedele dengan nilai 12,8235 dan yang memiliki berat kering paling besar adalah ampas tahu dengan nilai 95,8438. Kadar bahan kering ini pun dapat berubah-ubah,tergantung dari suhu dan kelembaban dari suatu wilayah ternak itu dipelihara.

Penentuan Kadar Abu
Membakar bahan dalam tanur (furnace) dengan suhu 600°C selama 4-5 jam sehingga seluruh unsur pertama pembentuk senyawa organik (C,H,O,N) habis terbakar dan berubah menjadi gas. Sisanya yang tidak terbakar adalah abu yang merupakan kumpulan dari mineral-mineral yang terdapat dalam bahan. Dengan perkataan lain, abu merupakan total mineral dalam bahan.

Tabel 2. Hasil Perhitungan Penentuan Kadar Abu
Kel
Bahan
F (gr)
G (gr)
H (gr)
Kadar Abu
(%)
A1
Tepung Rumput Gajah
40,4054
1,0001
40,5128
10,7389
A2
Tepung Daun Ubi
33,7350
1.0006
33,8176
8,2550
A3
Tepung Klobot Jagung
37,3631
1,0001
37,3848
2,1698
A4
Tepung Ampas Tahu
40,2749
1,0009
40,3045
2,9573
A5
Tepung Jagung
39,5538
1,0010
39,5715
1,7682
A6
Teung Bungkil Kedele
36,5345
1,0005
36,6121
7,7561
A7
Tepung Bungkil Kelapa
39,1796
1,0006
39,2631
8,3449
A8
Tepung Pelepah Sawit Segar
37,5443
1,0004
37,6058
6,1475
A9
Tepung OPF Amoniasi
39,2999
1,0003
39,3920
9,2072

Perhitungan kadar abu :
Kadar Abu (%) = H - F  x100%‘
                                G
Karra(2007)menyatakan bahwa pemanasan di dalam tanur adalah dengan suhu 400-600 derajat Celcius dan Halim (2006) menyatakan bahwa zat anorganik yang tertinggal di dalam pemanasan dengan tanur disebut dengan abu(ash). Disini,bahan pakan ternak yang paling banyak mengandung kadar abu adalah  tepung rumput gajah dengan persentase 10,7389.Ini disebabkan karena tepung kulit kerang memang terdiri bahan anorganik yang terdiri dari mineral-mineral seperti kapur.

Penentuan Kadar Protein Kasar
Penetapan nilai protein kasar dilakukan secara tidak langsung, karena analisis ini didasarkan pada penentuan kadar nitrogen yang terdapat dalam bahan. Kandungan nitrogen yang diperoleh dikalikan dengan angka 6,25 sebagai angka konversi menjadi nilai protein. Nilai 6,25 diperoleh dari asumsi bahwa protein mengandung 16% nitrogen(perbandingan protein : nitrogen =100 :16 = 6,25:1). Penentuan nitrogen dalam analisis ini melalui tiga tahapan analis kimia:
Tabel 3. Hasil Perhitungan Kadar Protein Kasar
Kel
Bahan
I (gr)
J (gr)
K (gr)
PK (%)
A1
Tepung Rumput Gajah
0,3000
23,8000
24,000
1,7581
A2
Tepung Daun Ubi
0,3003
22,0000
24,000
17,5641
A3
Tepung Klobot Jagung
0,3015
23,0000
24,000
8,7470
A4
Tepung Ampas Tahu
0,3010
22,5000
24,000
13,1424
A5
Tepung Jagung
0,3002
23,8000
24,000
1,7569
A6
Tepung Bungkil Kedele
0,3001
16,0000
24,000
70,3032
A7
Tepung Bungkil Kelapa
0,3003
22,5000
24,000
6,8500
A8
Tepung Pelepah Sawit Segar
0,3007
23,2000
24,000
7,0162
A9
Tepung OPF Amoniasi
0,3004
23,5000
24,000
4,3895

Perhitungan protein kasar :
Protein kasar (%) =  (K - J)x Nerm NaOH x 0,014 x 6,25 x 100%
                                                                       I


Ada 3 tahap analisa protein yaitu :

1. Tahap Destruksi
Perubahan N-protein menjadi amonium sulfat ((NH4)2SO4). Sampel dipanaskan dengan asam sulfat (H2SO4) pekat dan katalisator yang akan memecah semua ikatan N dalam bahan pakan menjadi amonium sulfat kecuali ikatan N=N, NO dan NO2. CO2 dan H2O terus menguap. SO2 yang terbentuk sebagai hasil reduksi dari sebagian asam sulfat juga menguap. Dalam reaksi ini digunakan katalisator selenium/Hg/Cu. Destruksi dihentikan jika larutan berwarna hijau jernih.
Zat Organik + H2SO4            CO2 + H2O + (NH4)2SO4 + SO2
2. Tahap Destilasi
Setelah larutan menjadi hijau jernih, labu destruksi didinginkan kemudian larutan dipindahkan ke labu destilasi dan diencerkan dengan aquades. Pengencer-an dilakukan untuk mengurangi reaksi yang hebat jika larutan ditambah larutan alkali. Penambahan alkali (NaOH) menyebabkan (NH4)2SO4 akan melepas-kan amoniak (NH3). Hasil sulingan uap NH3 dan air ditangkap oleh larutan H2SO4 yang terdapat dalam labu erlenmeyer dan membentuk senyawa (NH4)2SO4 kembali. Peyulingan dihenti-kan bila semua N sudah tertangkap oleh asam sulfat dalam labu erlenmeyer.
                               NH3 + H2SO4              (NH4)2SO4 + H2SO4            
3. Tahap Titrasi
Kelebihan H2SO4 yang tidak digunakan untuk menangkap N dititrasi dengan NaOH. Titrasi dihentikan jika larutan berubah dari biru ke hijau.
Anggorodi (2005) menyatakan protein adalah esensial bagi kehidupan karena zat tersebut merupakan protoplasma aktif dalam semua sel hidup.Bahan yang paling banyak mengandung protein kasar adalah bungkil kedele.Karena nya,bungkil kedele mengandung asam amino paling tinggi dari bahan yang kami praktikumkan.

Penentuan Lemak Kasar
Melarutkan (ekstraksi) lemak yang terdapat dalam bahan dengan pelaut lemak (ether) selama 3-8 jam. Ekstraksi menggunakan alat sokhlet. Beberapa pelarut yang dapat digunakan adalah kloroform, heksana, dan aseton. Lemak yang terekstraksi (larut dalm pelarut) terakumulasi dalam wadah pelarut (labu sokhlet) kemudian dipisahkan dari pelarutnya dengan cara dipanaskan dalam oven suhu 105°C. Pelarut akan menguap sedangkan lemak tidak (titik didih lemak lebih besar dari 105°C, sehingga tidak menguap dan tinggal di dalam wadah). Lemak yang tinggal dalam wadah ditentukan beratnya.
Tabel 4. Hasil Perhitungan Kadar Lemak Kasar
Kel
Bahan
L (gr)
M (gr)
N (gr)
LK (%)
A1
Tepung Rumput Gajah
1,0003
2,0097
1,8904
11,9264
A2
Tepung Daun Ubi
1,0007
1,8840
1,6968
18,7069
A3
Tepung Klobot Jagung
1,0001
2,0268
1,8895
13,7286
A4
Tepung Ampas Tahu
1,0005
3,2820
2,8882
39,3603
A5
Tepung Jagung
1,0006
1,9634
1,8486
11,4731
A6
Tepung Bungkil Kedele
1,0004
1,9476
1,8365
11,1055
A7
Tepung Bungkil Kelapa
1,0008
2,0068
1,8283
17,8357
A8
Tepung Pelepah Sawit Segar
1,0007
2,0774
1,9912
8,6139
A9
Tepung OPF Amoniasi
1,0008
1,9917
1,8945
9,7122


Perhitungan lemak kasar :
Lemak kasar % = M – N x 100
                                     L

Buckle (2005) menyatakan sifat-sifat lemak yaitu tidak larut dalam air dan lemak adalah campuran trigliserida dalam bentuk padat dan terdiri dari suatu fase padat dan fase cair. Khairul (2009) menyatakan bahwa lemak kasar yang dihasilkan dari penentuan lemak kasar adalah ekstraksi dari klorofil,xanthofil,dan karoten. Bahan yang mengandung banyak lemak kasar adalah tepung kedele.Ini dikarenakan tepung kedele merupakan sumber lemak nabati.
Dari table diatas hasil dari analilis yang telah dilakukan bahwa bungkil kelapa memiliki kadar lemak 17,8357% angka tersebut hamper sama mendekati angka pendapat Al-Hazaa HM (2002) Tepung daun singkong mengandung β-karoten sebesar 13.834 μg per 100 gr dengan kadar air sebesar 6,1%, sedangkan tepung daun singkong muda kering mengandung β-karoten sebesar 13.442 μg per 100 gr dengan kadar air sebesar 5,8%.
Dari table diatas hasil dari analilis yang telah dilakukan bahwa bungkil kelapa memiliki kadar lemak 17,8357% hal ini angkanya lebih besar dari pada menurut Hasanudin (2010) Bungkil kelapa mengandung 11% air, minyak 20%, protein 45%, karbohidrat 12 dan 5% abu. kandungan abu 6,73%; PK 28,41%; LK 2,28%; SK 15,11% (Wellsman, 2000)

Penentuan Serat Kasar
Komponen dalam suatu bahan yang tidak dapat larut dalam pemasakan dengan asam encer dan basa encer selama 30 menit adalah serat kasar dan abu. Untuk mendapatkan nilai serat kasar, maka bagian yang tidak larut tersebut (residu) dibakar sesuai dengan prosedur analisis abu. Selisih antara residu dengan abu adalah serat kasar.




Tabel 5. Hasil Perhitungan Kadar Serat Kasar
Kel
Bahan
O (gr)
P (gr)
Q (gr )
R ( gr )
SK ( %)
A1
Tepung Rumput Gajah
1,1090
1,0000
22,4891
21,1589
22,1200
A2
Tepung Daun Ubi
1,0940
1,0003
23,5793
22,3849
10,0369
A3
Tepung Klobot Jagung
1,1025
1,0005
22,2424
20,9384
20,1399
A4
Tepung Ampas Tahu
1,0499
1,0008
24,3345
23,1218
16,2669
A5
Tepung Jagung
1,0722
1,0006
25,2021
24,1372
-0,7295
A6
Tepung Bungkil Kedele
1,0924
1,0002
20,6323
19,5492
-0,9298
A7
Tepung Bungkil Kelapa
1,0560
1,0005
19,4453
18,2734
11,5842
A8
Tepung Pelepah Sawit Segar
1,0591
1,0006
19,8779
18,4533
36,5280
A9
Tepung OPF Amoniasi
1,0155
1,0005
39,8002
38,4436
34,0929

Perhitungan serat kasar :
            Serat  kasar  =  Q – R- O x 100%
                                              
                                 %

Serat kasar terdiri dari selulosa, hemiselulosa dan lignin. Selulosa dan hemiselulosa merupakan komponen dinding sel tumbuhan dan tidak dapat dicerna oleh ternak monogastrik. Hewan ruminansia mempunyai mikroorganisme rumen yang memiliki kemampuan untuk mencerna selulosa dan hemiselulosa. Chandra(2001).
Penentuan Kadar BETN
Kandungan BETN suatu bahan pakan sangat tergantung pada komponen lainnya, seperti abu, protein kasar, serat kasar dan lemak kasar. Hal ini disebabkan penentuan kandungan BETN hanya berdasarkan perhitungan dari zat-zat yang tersedia. Penentuan  kadar Ekstrak Tanpa Nitrogen hanya berdasarkan perhitungan 100%- (%air + %abu + %serat kasa r+ %protein kasar+%lemak kasar).

Tabel 6. Hasil Penentuan BETN
Kel
Bahan
%  BK
%  Abu
% PK
% LK
%  SK
%BETN
A1
Tepung Rumput Gajah
92,4500
10,7389
1,7581
11,9264
22,1200
45,9066
A2
Tepung Daun Ubi
93,7938
8,2550
17,5641
18,7069
10,0369
36,7470
A3
Tepung Klobot Jagung
93,3600
2,1698
8,7470
13,7286
20,1399
48,5747
A4
Tepung Ampas Tahu
95,8438
2,9573
13,1424
39,3603
16,2669
24,1169
A5
Tepung Jagung
89,2711
1,7682
1,7569
11,4731
-0,7295
75,0024
A6
Tepung Bungkil Kedele
87,1765
7,7561
70,3032
11,1055
-0,9298
-1,0585
A7
Tepung Bungkil Kelapa
90,8355
8,3449
6,8500
17,8357
11,5842
46,2207
A8
Tepung Pelepah Sawit Segar
92,3630
6,1475
7,0162
8,6139
36,5280
34,0574
A9
Tepung OPF Amoniasi
92,3800
9,2072
4,3895
9,7122
34,0929
34,9780
BETN Tepung Daun Ubi
BETN (%)  = %BK – (%ABU+%PK+%LK+SK)
                    = 93,7938 – (8,2550 + 17,5641 + 18,7069 + 10,0369)
                    = 36,7470%

Susi(2001) menyatakan bahwa bahan ekstrak tanpa nitrogen adalah kandungan zat makanan dikurangi persentase air,abu,protein kasar,lemak kasar,dan serat kasar.Kadar Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen dihitung sebagai nutrisi sampingan dari protein.

















V.                PENUTUP


5.1  Kesimpulan
Analisis proksimat adalah suatu metoda analisis kimia untuk mengidentifikasi kandungan nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak dan serat pada suatu zat makanan dari bahan pakan atau pangan. Penentuan Kadar Air Menguapkan air yang terdapat dalam bahan dengan oven dengan suhu 100°-105°C dalam jangka waktu tertentu. hingga seluruh air yang terdapat dalam bahan menguap atau penyusutan berat bahan tidak berubah lagi. Penentuan kadar abu Membakar bahan dalam tanur (furnace) dengan suhu 600°C selama 4-5 jam sehingga seluruh unsur pertama pembentuk senyawa organik (C,H,O,N) habis terbakar dan berubah menjadi gas. Sisanya yang tidak terbakar adalah abu yang merupakan kumpulan dari mineral-mineral yang terdapat dalam bahan. Dengan perkataan lain, abu merupakan total mineral dalam bahan. Penentuan kadar  protein Penetapan nilai protein kasar dilakukan secara tidak langsung, karena analisis ini didasarkan pada penentuan kadar nitrogen yang terdapat dalam bahan. Kadar lemak Melarutkan (ekstraksi) lemak yang terdapat dalam bahan dengan pelaut lemak (ether) selama 3-8 jam. Ekstraksi menggunakan alat sokhlet. Beberapa pelarut yang dapat digunakan adalah kloroform, heksana, dan aseton. Lemak yang terekstraksi (larut dalm pelarut) terakumulasi dalam wadah pelarut (labu sokhlet) kemudian dipisahkan dari pelarutnya dengan cara dipanaskan dalam oven suhu 105°C.

5.2  Saran
Untuk para praktikan yang lainnya agar dapat lebih meningkatkan disiplin lagi sehingga dalam praktikum kita akan cepat selesai dan dapat menjaga peralatan laboratorium yang telah ada sehingga dapat digunakan lagi untuk masa yang akan datang.


DAFTAR PUSTAKA


Anggorodi. R. 2005. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gadjah Mada University Press. Jogjakarta.

Hafes. E. S. E.2000.  Metode Analisis Proksimat.  Jakarta  :  Erlangga.

Dina. 2001 . Ilmu Gizi Ruminansia. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak. LUW-Universitas Brawijaya Animal Husbandri Project.

Defano. 2000 . Ilmu Makanan Ternak. Gajah Mada University Press Fakultas Peternakan Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Karra , 2003. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada University.Yogyakarta.

Khairul.2009 . Ilmu Gizi dan Makanan Ternak. Penerbit Angkasa. Bandung.

Krishna G and S.K.  Ranjhan. 1980. Laboratory Manual for Nutrition Reseach. Vikas publising house PVT Ltd. Sahibabad. India.

Susi .  2001. Analisis dengan Bahan  Kimia  2000.  Erlangga. Jakarta.









LAMPIRAN


PENENTUAN KADAR AIR
1. Tepung Rumput Gajah
                                %
Bahan Kering       %
                         92,4500 %

2. Tepung Daun Ubi
                               %
Bahan Kering        %
                         93,7938 %

3. Tepung Klobot Jagung
                               6,6400 %
Bahan Kering        %
                               93,3600 %

4. Tepung Ampas Tahu
                               %
Bahan Kering        %
                               95,8438 %

5. Tepung Jagung
                                %
Bahan Kering       %
                               89,2711 %

6. Tepung Bungkil Kedele
                               %
Bahan Kering         %
                               87,1765 %
7. Tepung Bungkil Kelapa
                               %
Bahan Kering        %
                               90,8355 %

8.  Tepung Pelepah Sawit Segar
                               %
Bahan Kering         %
                               92,3630 %

9. Tepung OPF Amoniasi
                               %
Bahan Kering        %
                               92,3800 %











PENENTUAN KADAR  ABU

1. Tepung Rumput Gajah
                               %

2. Tepung Daun Ubi
                               %

3. Tepung Klobot Jagung
                               %

4. Tepung Ampas Tahu
                               %

5. Tepung Jagung
                               %

6. Tepung Bungkil Kedele
                               %

7. Tepung Bungkil Kelapa
                               %

8. Tepung Pelapah Sawit Segar
                               %

9. Tepung OPF Amoniasi
                               %




Selain itu, disini kami juga di ajarkan bagaimana menghitung Bahan Organik
Rumusnya adalah = %BK - %Kadar Abu

1.    Tepung Rumput Gajah
Bahan Organik = %BK - %Kadar Abu
                         = 92,4500 % - 10,7389 % = 81,7111%
2.    Tepung Daun Ubi
Bahan Organik = %BK - %Kadar Abu
                         = 93,7938% - 8,2550% = 85,5388%
3.    Tepung Klobot Jagung
Bahan Organik = %BK - %Kadar Abu
                         = 93,3600% - 2,1698% = 91,1902%
4.    Tepung Ampas Tahu
Bahan Organik = %BK - %Kadar Abu
                         = 95,8438% - 2,9573% = 92,8865%
5.    Tepung Jagung
Bahan Organik = %BK - %Kadar Abu
                         = 89,2711% - 1,7682% = 87,5029%
6.    Tepung Bungkil Kedele
Bahan Organik = %BK - %Kadar Abu
                         = 87,1765% - 7,7561% = 79,4204%
7.    Tepung Bungkil Kelapa
Bahan Organik = %BK - %Kadar Abu
                         = 90,8355% - 8,3449% = 82,4906%
8.    Tepung Pelepah Sawit Segar
Bahan Organik = %BK - %Kadar Abu
                         = 92,3630% - 6,1475% = 86,2155%
9.    Tepung OPF Amoniasi
Bahan Organik = %BK - %Kadar Abu
                              = 92,3800% - 9,2072% = 83,1728%
PENENTUAN PROTEIN KASAR
1. Tepung Rumput Gajah
                                   %

2. Tepung Daun Ubi
                                   %

3. Tepung Klobot Jagung
                                   %

4. Tepung Ampas Tahu
                                   %
5. Tepung Jagung
                                   %
6. Tepung Bungkil Kedele
                                   %

7. Tepung Bungkil Kelapa
                                  %

8. Tepung Pelepah Sawit Segar
                                   %

9. Tepung OPF Amoniasi
                                  %






PENENTUAN LEMAK KASAR
1. Tepung Rumput Gajah
                                   %

2. Tepung Daun Ubi
                                   %

3. Tepung Klobot Jagung
                                  %

4. Tepung Ampas Tahu
                                   %
5. Tepung Jagung
                                   %
6. Tepung Bungkil Kedele
                                   %

7. Tepung Bungkil Kelapa
                                   %

8. Tepung Pelepah Sawit Segar
                                   %

9. Tepung OPF Amuniasi
                                   %






PENENTUAN SERAT KASAR
1. Tepung Rumput Gajah
                                 %

2. Tepung Daun Ubi
                                 %

3. Tepung Klobot jagung
                                 %

4. Tepung Ampas Tahu
                                 %

5. Tepung Jagung
                                 %
6. Tepung Bungkil Kedele
                                 %

7. Tepung Bungkil Kelapa
                                 %

8. Tepung Pelepah Sawit Segar
                                 %

9. Tepung OPF Amoniasi
                                 %







Penentuan  KADAR BAHAN EKSTRAK TANPA NITROGEN (BETN)

1. Tepung Rumput Gajah
BETN (%)   = %BK – (%ABU+%PK+%LK+SK)
                    = 92,4500 – (10,7389 + 1,7581 + 11,9264 + 22,1200)
                    = 45,9066%

2. Tepung Daun Ubi
BETN (%)  = %BK – (%ABU+%PK+%LK+SK)
                    = 93,7938 – (8,2550 + 17,5641 + 18,7069 + 10,0369)
                    = 36,7470%

3. Tepung Klobot Jagung
BETN (%)  = %BK – (%ABU+%PK+%LK+SK)
                    = 93,3600 – (2,1698 + 8,7470 + 13,7069 + 20,1399)
                    = 48,5747%

4. Tepung Ampas Tahu
BETN (%)  = %BK – (%ABU+%PK+%LK+SK)
                    = 95,8434 – (2,9573 + 13,1424 + 39,3603 + 16,2669)
                    = 24,1169%

5. Tepung Jagung
BETN (%)  = %BK – (%ABU+%PK+%LK+SK)
                    =  89,2711 – (1,7682 + 1,7569 + 11,4731 + (-0,7295))
                    = 75,0024%
6. Tepung Bungkil Kedele
BETN (%)  = %BK – (%ABU+%PK+%LK+SK)
                    = 87,1765 – (7,7561 + 70,3032 + 11,1055 + (-0,9298))
                    = -1, 0585%

7. Tepung Bungkil Kelapa
BETN (%)  = %BK – (%ABU+%PK+%LK+SK)
                    = 90,8355 – (8,3449 + 6,8500 + 17,8257 + 11,8542)
                    = 46,2207%

8. Tepung Pelepah Sawit Segar
BETN (%)  = %BK – (%ABU+%PK+%LK+SK)
                    = 92,3630 – (6,1475 + 7,0162 + 8,6139 + 36,5280)
                    = 34,0574%

9. Tepung OPF Amoniasi       
BETN (%)  = %BK – (%ABU+%PK+%LK+SK)
                    = 92,3800 – (9,2074 + 4,3895 + 9,7122 + 34,0929)
                    = 34,9780%