I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Analisis proksimat adalah suatu metoda analisis kimia
untuk mengidentifikasi kandungan nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak
dan serat pada suatu zat makanan dari bahan pakan atau pangan. Analisis
proksimat memiliki manfaat sebagai penilaian kualitas pakan atau bahan pangan
terutama pada standar zat makanan yang seharusnya terkandung di dalamnya. Menguapkan air yang terdapat dalam bahan dengan oven dengan
suhu 100°-105°C dalam jangka waktu tertentu (3-24 jam) hingga seluruh air yang
terdapat dalam bahan menguap atau penyusutan berat bahan tidak berubah lagi. Membakar bahan dalam tanur (furnace) dengan suhu 600°C
selama 3-8 jam sehingga seluruh unsur pertama pembentuk senyawa organik
(C,H,O,N) habis terbakar dan berubah menjadi gas. Sisanya yang tidak terbakar
adalah abu yang merupakan kumpulan dari mineral-mineral yang terdapat dalam
bahan. Dengan perkataan lain, abu merupakan total mineral dalam bahan. Komponen dalam suatu bahan yang tidak dapat larut dalam
pemasakan dengan asam encer dan basa encer selama 30 menit adalah serat kasar
dan abu. Untuk mendapatkan nilai serat kasar, maka bagian yang tidak larut
tersebut (residu) dibakar sesuai dengan prosedur analisis abu. Selisih antara
residu dengan abu adalah serat kasar.
1.2 Tujuan
Dalam melakukan praktikum ini kami memiliki beberapa tujuan yaitu :
Praktikum ini memiliki tujuan untuk mengeahui kandungan zat makanan dari bahan pakan yang akan diuji.Praktikum bertujuan untuk meningkatkan kemampuan praktikan dalam menganalisis proksimat baik meliputi pengetahuan dasar dan aplikasinya.
Praktikum ini memiliki tujuan untuk mengeahui kandungan zat makanan dari bahan pakan yang akan diuji.Praktikum bertujuan untuk meningkatkan kemampuan praktikan dalam menganalisis proksimat baik meliputi pengetahuan dasar dan aplikasinya.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Kadar
air dalam bahan pangan sangat mempengaruhi kualitas dan daya
simpan dari bahan pangan tersebut. Oleh karena itu, penentuan
kadar air dari suatu bahan pangan sangat penting agar
dalam proses pengolahan maupun pendistribusian mendapat
penanganan yang tepat. Hafez,
E.S.E. (2000).
Dina,2001 menyatakan bahwa setiap 1kg
dedak padi mengandung sekitar 20% serat kasar. didalam bungkil
kedele banyak mengandung protein yang baik untuk pertumbuhan embrio ternak.
Bungkil kelapa pada
umumnya mengandung protein kasar 20% dari bahan kering dan dapat digunakan
sebagai bahan pakan ternak unggas. Namun kandungan protein yang tersedia tidak
dapat dimanfaatkan secara optimum oleh ternak karena nilai kecernaan nutrien
tersebut cukup rendah. Mardiana (2007).
Defano (2000) menyatakan ditiap
bahan pakan yang paling kering sekalipun,masih terdapat kandungan air walaupun
dalam jumlah yang kecil.Bahan yang paling banyak mengadung kadar air
adalah tepung kedele dengan nilai 18,1490 dan yang memiliki berat kering
paling besar adalah tepung darah dengan nilai 99,7501.Kadar bahan kering ini
pun dapat berubah-ubah,tergantung dari suhu dan kelembaban dari suatu wilayah
ternak itu dipelihara.
Karra(2007)menyatakan bahwa pemanasan
di dalam tanur adalah dengan suhu 400-600 derajat Celcius dan
Halim(2006)menyatakan bahwa zat anorganik yang tertinggal di dalam pemanasan
dengan tanur disebut dengan abu(ash).Disini,bahan pakan ternak yang paling
banyak mengandung kadar abu adalah tepung kulit kerang dengan persentase
92,9000.Ini disebabkan karena tepung kulit kerang memang terdiri bahan
anorganik yang terdiri dari mineral-mineral seperti kapur.
Anggorodi (2005) menyatakan protein adalah esensial bagi
kehidupan karena zat tersebut merupakan protoplasma aktif dalam semua sel
hidup.Bahan yang paling banyak mengandung protein kasar adalah bungkil
kedele.Karena nya,bungkil kedele mengandung asam amino paling tinggi dari bahan
yang kami praktikumkan.
Khairul(2009)menyatakan bahwa lemak
kasar yang dihasilkan dari penentuan lemak kasar adalah ekstraksi dari
klorofil,xanthofil,dan karoten. Bahan yang mengandung banyak lemak kasar adalah
tepung kedele.Ini dikarenakan tepung kedele merupakan sumber lemak nabati.
Serat kasar
terdiri dari selulosa, hemiselulosa dan lignin. Selulosa dan hemiselulosa
merupakan komponen dinding sel tumbuhan dan tidak dapat dicerna oleh ternak
monogastrik. Hewan ruminansia mempunyai mikroorganisme rumen yang memiliki
kemampuan untuk mencerna selulosa dan hemiselulosa. Chandra(2001).
Susi(2001)
menyatakan bahwa bahan ekstrak tanpa nitrogen adalah kandungan zat makanan
dikurangi persentase air,abu,protein kasar,lemak kasar,dan serat kasar.Kadar
Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen dihitung sebagai nutrisi sampingan dari protein.
III.
MATERI DAN METODA
1.1 Waktu dan tempat
Praktikum bahan pakan dan
formulasi ransum tentang Analisi Proksimat dilaksanakan dilaboratorium Nutrisi
dan Makanan Ternak Universitas Jambi pada tanggal 14 sampai 19 Mei 2012 pukul
14.00 sampai dengan selesai.
1.2 Materi
Didalam melakukan praktikum analaisis
proksimat, adapun bahan yang digunakan antara lain : Penetuan Kadar Air
: cawan porselen, eksikator, oven 105oC, penjepit dan neraca
analitik. Penentuan Kadar Abu : cawan porselen, eksikator, tanur,
penjepit, neraca analitik, pembakar bunzen. Penentuan Protein Kasar :
labu dekstruksi, labu destilasi, destilator, pemanas listrik, labu erlenmeyer
250 ml, labu erlenmeyer 500 ml, biuret, corong, pipet, gelas ukur, neraca
analitik, batu didih, katalis campuran, H2SO4 pekat, H2SO4
0,3 N, NaOH 0,3 N, dan indikator campuran. Penentuan Lemak Kasar
: soxhlet, kertas saring bebas lemak, sarung tangan karet, kapas bebas lemak,
oven, batu didih, eksikator, neraca analitik, pinset, pelarut, dan corong. Penentuan
Serat Kasar : gelas piala, cawan porselen, corong bucher, oven 105oC,
pompa vakum, tanur, pemanas listrik, penjepit, kertas saring No. 41, H2SO4
0,3 N, NaOH 1,5 N, dan aseton.
3.3. Metoda
Di dalam melakukan praktikum Analisis Proksimat ada beberapa
cara kerja yang perlu diperhatikan : Penentuan Kadar Air, adapun
cara kerjanya adalah cawan porselen yang telah dicuci bersih, dikeringkan di
dalam oven selama 1 jam dengan temperatur 105 oC.
kemudian didinginkan di dalam eksikator sekitar 10-20 menit dan ditimbang ( C
). Sampel dihitung sebanyak 0,5-1 gram ( D ) dan dimasukkan ke dalam cawan
porselen. Kemudian cawan dan sampel tersebut dikeringkan dalam open 105oC
selama 112-16 jam. Cawan dan sampel ( E ) dikeluarkan dari oven dan didinginkan
dalam eksikator selama 10-20 menit sampai diperoleh berat tetap. Penentuan
Kadar Abu, adapun cara kerjanya antara lain : cawan porselen yang telah
dicuci bersih, dikeringkan di dalam oven sekitar 1 jam pada temperatur 105o
C. kemudian didinginkan dalam eksikator sekitar 10-20 menit dan ditimbang
dengan teliti ( F ). Sampel ditimbang dengan teliti sebanyak 3 gram untuk
sampel hijauan atau 5 gram untuk kosentrat ( G ) dan dimasukkan ke dalam cawan
porselen. Pijarkan sampel yang terdapat dalam cawan porselen hingga berasap.
Bakar cawan porselen berisi sampel dan tanur bersuhu 600oC. biarkan
sampel terbakar selama 3-4 jam atau sampai warna sampel berubah menjadi putih
semua. Setelah sampel bewarna putih semua, kemudian dinginkan dalam tanur pada
suhu 120oC sebelum dipindahkan ke dalam eksikator. Setelah dingin
timbang dengan teliti ( H ).
Penentuan
Protein Kasar, adapun cara kerjanya antara lain : timbang sampel
dengan teliti sejumlah 0,3 gram ( I ) dan masukkan kedalam tabung destruksi.
Tambahkan kira-kira 0,2 gram katalis campuran dan 5 ml H2SO4 pekat.
Panaskan campuran tersebut dalam lemari asam. Perhatikan proses destruksi
selama pemanasan agar tidak meluap. Destruksi dihentikan bila larutan sudah
menjadi hijau terang atau jernih, lalu dinginkan dalam lemari asam. Larutan
dimasukkan ke dalam labu destilasi dan diencerkan dengan 60 ml aquades.
Masukkan beberapa buah batu didih. Tambahkan pelan-pelan melalui dinding labu
20 ml NaOH 40 % dan segera hubungkan dengan destilator. Suling ( NH3 dan
air ) ditangkap oleh labu erlenmeyer yang berisi 25 ml H2SO4 0,3
N dan 2 tetes indikator campuran ( methyl red 0,1 % dan bromcresol green 0,2 %
dalam alkohol ). Penyulingan dilakukan hingga nitrogen dari cairan tersebut
tertangkap oleh H2SO4 yang ada di dalam erlenmeyer
( 2/3 dari cairan yang ada pada labu destilasi menguap atau terjadi
letupan-letupan kecil atau erlenmeyer mencapai volume 75 ml ). Labu erlenmeyer
berisi sulingan diambil dan dititer kembali
dengan NaOH 0,3 N ( J ). Perubahan biru ke hijau
menandakan titik akhir titrasi. Bandingkan dengan titer blanko ( K ).
Di dalam praktikum analisis proksimat ini adapun cara kerja dari Penentuan
Lemak Kasar antara lain : timbang sampel dengan teliti sebanyak 1 gram
9 L ) dan bungkus dengan kertas saring bebas lemak. Keringkan dalam oven 105cC
selama 5 jam, dinginkan dalam eksikator dan timbang ( M ). Sampel dimasukkan
kedalam tabung ekstraksi soxhlet. Alat soxhlet diisi dengan pelarut lewat
kondensor dengan corong. Alat pendingin dialirkan dan panas dihidupkan.
Ekstraksi berlangsung selama 16 jam sempai pelarut pada alat soxhlet terlihat
jernih. Sampel dikeluarkan dari alat soxhlet dan keringkan ke dalam oven 105oC
selama 5 jam, kemudian dinginkan dalam eksikator dan timbang ( N ).
Adapun cara kerja dari Penentuan Serat Kasar antara lain :
keringkan kertas saring whatman No. 41 di dalam oven 105OC selama 1
jam dan timbang (O). timbang dengan teliti 1 gram ( P ) sampel masukkan kedalam
gelas piala. Tambahkan 50 ml H2SO4 0,3 N dan didihkan
selama 30 menit. Cairan disaring melalui kertas saring yang telah diketahui
beratnya didalam corong buchner yang telah dihubungkan dengan pompa vokum. Kertas
saring bersama residu dicuci berturut-turut dengan 50 ml H2O panas,
50 ml H2SO4 0,3 N, 50 ml H2O panas dan aseton.
Kertas saring berisi residu dimasukkan kedalam cawan porselen bersih dan kering
dengan menggunakan oven. Cawan berisi sampel yang dikeringkan ke dalam oven 105oC
sampai didapat berat yang konstan, didinginkan dalam eksikator dan ditimbang (
Q ). Pijarkan sampel dalam cawan hingga tak berasap. Kemudian cawan bersama
isinya dimasukkan ke dalam tanur 600oC selama 3-4 jam. Setelah isi
cawan berubah menjadi abu yang bewarna putih, diangkat, didinginkan dan
ditimbag ( R ).
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis proksimat adalah suatu metoda analisis kimia
untuk mengidentifikasi kandungan nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak
dan serat pada suatu zat makanan dari bahan pakan atau pangan. Analisis
proksimat memiliki manfaat sebagai penilaian kualitas pakan atau bahan pangan
terutama. Sket/bagan dari ANALISIS PROKSIMAT.
Penentuan Kadar Air
Menguapkan air yang terdapat dalam bahan dengan oven dengan suhu
100°-105°C dalam jangka waktu tertentu. hingga seluruh air yang terdapat dalam
bahan menguap atau penyusutan berat bahan tidak berubah lagi.
Tabel
1. Hasil Perhitungan Penentuan Kadar Air
Kel
|
Bahan
|
C (gr)
|
D (gr)
|
E (gr)
|
KA (%)
|
BK (%)
|
A1
|
Tepung Rumput Gajah
|
40,4054
|
1,0001
|
41,3300
|
7,5500
|
92,4500
|
A2
|
Tepung Daun Ubi
|
33,7350
|
1,0006
|
34,6735
|
6,2062
|
93,7938
|
A3
|
Tepung Klobot Jagung
|
37,3631
|
1,0001
|
38,2968
|
6,6400
|
93,3600
|
A4
|
Tepung Ampas Tahu
|
40,2749
|
1,0009
|
41,2342
|
4,1562
|
95,8438
|
A5
|
Tepung Jagung
|
39,5538
|
1,0010
|
40,4466
|
10,7289
|
89,2711
|
A6
|
Tepung Bungkil Kedele
|
36,5345
|
1,0005
|
37,4067
|
12,8235
|
87,1765
|
A7
|
Tepung Bungkil Kelapa
|
39,1796
|
1,0006
|
40,0885
|
9,1645
|
90,8355
|
A8
|
Tepung Pelepah Sawit Segar
|
37.5443
|
1.0004
|
38,4683
|
7,6369
|
92,3630
|
A9
|
Tepung OPF Amoniasi
|
39.2999
|
1.0003
|
40,2240
|
7,6200
|
93,3630
|
Perhitungan kadar air :
Kadar
Air (X,%) = (C +D) – E x 100 %
D
Defano (2000) menyatakan ditiap bahan pakan yang paling
kering sekalipun,masih terdapat kandungan air walaupun dalam jumlah yang
kecil.Bahan yang paling banyak mengadung kadar air adalah tepung kedele
dengan nilai 12,8235 dan yang memiliki berat kering paling besar adalah ampas
tahu dengan nilai 95,8438. Kadar bahan kering ini pun dapat
berubah-ubah,tergantung dari suhu dan kelembaban dari suatu wilayah ternak itu
dipelihara.
Penentuan Kadar Abu
Membakar bahan dalam tanur (furnace) dengan suhu 600°C selama 4-5
jam sehingga seluruh unsur pertama pembentuk senyawa organik (C,H,O,N) habis
terbakar dan berubah menjadi gas. Sisanya yang tidak terbakar adalah abu yang
merupakan kumpulan dari mineral-mineral yang terdapat dalam bahan. Dengan
perkataan lain, abu merupakan total mineral dalam bahan.
Tabel
2. Hasil Perhitungan Penentuan Kadar Abu
Kel
|
Bahan
|
F (gr)
|
G (gr)
|
H (gr)
|
Kadar Abu
(%)
|
A1
|
Tepung Rumput Gajah
|
40,4054
|
1,0001
|
40,5128
|
10,7389
|
A2
|
Tepung
Daun Ubi
|
33,7350
|
1.0006
|
33,8176
|
8,2550
|
A3
|
Tepung Klobot Jagung
|
37,3631
|
1,0001
|
37,3848
|
2,1698
|
A4
|
Tepung
Ampas Tahu
|
40,2749
|
1,0009
|
40,3045
|
2,9573
|
A5
|
Tepung Jagung
|
39,5538
|
1,0010
|
39,5715
|
1,7682
|
A6
|
Teung
Bungkil Kedele
|
36,5345
|
1,0005
|
36,6121
|
7,7561
|
A7
|
Tepung Bungkil Kelapa
|
39,1796
|
1,0006
|
39,2631
|
8,3449
|
A8
|
Tepung
Pelepah Sawit Segar
|
37,5443
|
1,0004
|
37,6058
|
6,1475
|
A9
|
Tepung OPF Amoniasi
|
39,2999
|
1,0003
|
39,3920
|
9,2072
|
Perhitungan kadar abu :
Kadar Abu (%) = H - F x100%‘
G
Karra(2007)menyatakan bahwa pemanasan
di dalam tanur adalah dengan suhu 400-600 derajat Celcius dan Halim (2006) menyatakan
bahwa zat anorganik yang tertinggal di dalam pemanasan dengan tanur disebut
dengan abu(ash). Disini,bahan pakan ternak yang paling banyak mengandung kadar
abu adalah tepung rumput gajah dengan persentase 10,7389.Ini disebabkan
karena tepung kulit kerang memang terdiri bahan anorganik yang terdiri dari
mineral-mineral seperti kapur.
Penentuan Kadar
Protein Kasar
Penetapan
nilai protein kasar dilakukan secara tidak langsung, karena analisis ini
didasarkan pada penentuan kadar nitrogen yang terdapat dalam bahan. Kandungan
nitrogen yang diperoleh dikalikan dengan angka 6,25 sebagai angka konversi
menjadi nilai protein. Nilai 6,25 diperoleh dari asumsi bahwa protein
mengandung 16% nitrogen(perbandingan protein : nitrogen =100 :16 = 6,25:1). Penentuan
nitrogen dalam analisis ini melalui tiga tahapan analis kimia:
Tabel
3. Hasil Perhitungan Kadar Protein Kasar
Kel
|
Bahan
|
I (gr)
|
J (gr)
|
K (gr)
|
PK (%)
|
A1
|
Tepung Rumput Gajah
|
0,3000
|
23,8000
|
24,000
|
1,7581
|
A2
|
Tepung Daun Ubi
|
0,3003
|
22,0000
|
24,000
|
17,5641
|
A3
|
Tepung Klobot Jagung
|
0,3015
|
23,0000
|
24,000
|
8,7470
|
A4
|
Tepung Ampas Tahu
|
0,3010
|
22,5000
|
24,000
|
13,1424
|
A5
|
Tepung Jagung
|
0,3002
|
23,8000
|
24,000
|
1,7569
|
A6
|
Tepung Bungkil Kedele
|
0,3001
|
16,0000
|
24,000
|
70,3032
|
A7
|
Tepung Bungkil Kelapa
|
0,3003
|
22,5000
|
24,000
|
6,8500
|
A8
|
Tepung Pelepah Sawit Segar
|
0,3007
|
23,2000
|
24,000
|
7,0162
|
A9
|
Tepung OPF Amoniasi
|
0,3004
|
23,5000
|
24,000
|
4,3895
|
Perhitungan protein kasar :
Protein kasar (%) = (K - J)x Nerm NaOH x 0,014 x 6,25 x
100%
I
Ada 3 tahap analisa protein yaitu :
1. Tahap
Destruksi
Perubahan N-protein menjadi amonium sulfat
((NH4)2SO4). Sampel dipanaskan dengan asam sulfat (H2SO4)
pekat dan katalisator yang akan memecah semua ikatan N dalam bahan pakan
menjadi amonium sulfat kecuali ikatan N=N, NO dan NO2. CO2
dan H2O terus menguap. SO2 yang terbentuk sebagai hasil
reduksi dari sebagian asam sulfat juga menguap. Dalam reaksi ini digunakan
katalisator selenium/Hg/Cu. Destruksi dihentikan jika larutan berwarna hijau
jernih.
Zat Organik + H2SO4 CO2
+ H2O + (NH4)2SO4 + SO2
2. Tahap Destilasi
Setelah larutan
menjadi hijau jernih, labu destruksi didinginkan kemudian larutan dipindahkan
ke labu destilasi dan diencerkan dengan aquades. Pengencer-an dilakukan untuk
mengurangi reaksi yang hebat jika larutan ditambah larutan alkali. Penambahan
alkali (NaOH) menyebabkan (NH4)2SO4 akan melepas-kan amoniak (NH3).
Hasil sulingan uap NH3 dan air ditangkap oleh larutan H2SO4 yang terdapat dalam
labu erlenmeyer dan membentuk senyawa (NH4)2SO4 kembali.
Peyulingan dihenti-kan bila semua N sudah tertangkap oleh asam sulfat dalam
labu erlenmeyer.
NH3 + H2SO4 (NH4)2SO4 + H2SO4
3. Tahap
Titrasi
Kelebihan H2SO4 yang
tidak digunakan untuk menangkap N dititrasi dengan NaOH. Titrasi dihentikan
jika larutan berubah dari biru ke hijau.
Anggorodi
(2005) menyatakan protein adalah esensial bagi kehidupan karena zat tersebut
merupakan protoplasma aktif dalam semua sel hidup.Bahan yang paling banyak
mengandung protein kasar adalah bungkil kedele.Karena nya,bungkil kedele
mengandung asam amino paling tinggi dari bahan yang kami praktikumkan.
Penentuan
Lemak Kasar
Melarutkan
(ekstraksi) lemak yang terdapat dalam bahan dengan pelaut lemak (ether) selama
3-8 jam. Ekstraksi menggunakan alat sokhlet. Beberapa pelarut yang dapat
digunakan adalah kloroform, heksana, dan aseton. Lemak yang terekstraksi (larut
dalm pelarut) terakumulasi dalam wadah pelarut (labu sokhlet) kemudian dipisahkan
dari pelarutnya dengan cara dipanaskan dalam oven suhu 105°C. Pelarut akan
menguap sedangkan lemak tidak (titik didih lemak lebih besar dari 105°C,
sehingga tidak menguap dan tinggal di dalam wadah). Lemak yang tinggal dalam
wadah ditentukan beratnya.
Tabel
4. Hasil Perhitungan Kadar Lemak Kasar
Kel
|
Bahan
|
L (gr)
|
M (gr)
|
N (gr)
|
LK (%)
|
A1
|
Tepung Rumput
Gajah
|
1,0003
|
2,0097
|
1,8904
|
11,9264
|
A2
|
Tepung Daun Ubi
|
1,0007
|
1,8840
|
1,6968
|
18,7069
|
A3
|
Tepung Klobot
Jagung
|
1,0001
|
2,0268
|
1,8895
|
13,7286
|
A4
|
Tepung Ampas Tahu
|
1,0005
|
3,2820
|
2,8882
|
39,3603
|
A5
|
Tepung Jagung
|
1,0006
|
1,9634
|
1,8486
|
11,4731
|
A6
|
Tepung Bungkil Kedele
|
1,0004
|
1,9476
|
1,8365
|
11,1055
|
A7
|
Tepung Bungkil
Kelapa
|
1,0008
|
2,0068
|
1,8283
|
17,8357
|
A8
|
Tepung Pelepah Sawit Segar
|
1,0007
|
2,0774
|
1,9912
|
8,6139
|
A9
|
Tepung OPF
Amoniasi
|
1,0008
|
1,9917
|
1,8945
|
9,7122
|
Perhitungan lemak kasar :
Lemak kasar % = M – N x 100
L
Buckle (2005) menyatakan sifat-sifat lemak yaitu tidak larut
dalam air dan lemak adalah campuran trigliserida dalam bentuk padat dan
terdiri dari suatu fase padat dan fase cair. Khairul (2009) menyatakan
bahwa lemak kasar yang dihasilkan dari penentuan lemak kasar adalah ekstraksi
dari klorofil,xanthofil,dan karoten. Bahan yang mengandung banyak lemak kasar
adalah tepung kedele.Ini dikarenakan tepung kedele merupakan sumber lemak
nabati.
Dari table diatas hasil
dari analilis yang telah dilakukan bahwa bungkil kelapa memiliki kadar lemak
17,8357% angka tersebut hamper sama mendekati angka pendapat Al-Hazaa HM (2002)
Tepung daun singkong mengandung β-karoten sebesar 13.834 μg per 100 gr dengan
kadar air sebesar 6,1%, sedangkan tepung daun singkong muda kering mengandung
β-karoten sebesar 13.442 μg per 100 gr dengan kadar air sebesar 5,8%.
Dari table diatas hasil
dari analilis yang telah dilakukan bahwa bungkil kelapa memiliki kadar lemak
17,8357% hal ini angkanya lebih besar dari pada menurut Hasanudin (2010)
Bungkil kelapa mengandung 11% air, minyak 20%, protein 45%, karbohidrat 12 dan
5% abu. kandungan abu 6,73%; PK 28,41%; LK 2,28%; SK 15,11% (Wellsman, 2000)
Penentuan
Serat Kasar
Komponen dalam suatu bahan yang tidak dapat larut dalam pemasakan
dengan asam encer dan basa encer selama 30 menit adalah serat kasar dan abu.
Untuk mendapatkan nilai serat kasar, maka bagian yang tidak larut tersebut
(residu) dibakar sesuai dengan prosedur analisis abu. Selisih antara residu
dengan abu adalah serat kasar.
Tabel
5. Hasil Perhitungan Kadar Serat Kasar
Kel
|
Bahan
|
O (gr)
|
P (gr)
|
Q (gr )
|
R ( gr )
|
SK ( %)
|
A1
|
Tepung Rumput
Gajah
|
1,1090
|
1,0000
|
22,4891
|
21,1589
|
22,1200
|
A2
|
Tepung Daun Ubi
|
1,0940
|
1,0003
|
23,5793
|
22,3849
|
10,0369
|
A3
|
Tepung Klobot
Jagung
|
1,1025
|
1,0005
|
22,2424
|
20,9384
|
20,1399
|
A4
|
Tepung Ampas Tahu
|
1,0499
|
1,0008
|
24,3345
|
23,1218
|
16,2669
|
A5
|
Tepung Jagung
|
1,0722
|
1,0006
|
25,2021
|
24,1372
|
-0,7295
|
A6
|
Tepung Bungkil Kedele
|
1,0924
|
1,0002
|
20,6323
|
19,5492
|
-0,9298
|
A7
|
Tepung Bungkil
Kelapa
|
1,0560
|
1,0005
|
19,4453
|
18,2734
|
11,5842
|
A8
|
Tepung Pelepah Sawit Segar
|
1,0591
|
1,0006
|
19,8779
|
18,4533
|
36,5280
|
A9
|
Tepung OPF
Amoniasi
|
1,0155
|
1,0005
|
39,8002
|
38,4436
|
34,0929
|
Perhitungan
serat kasar :
Serat
kasar = Q – R- O x 100%
%
Serat kasar
terdiri dari selulosa, hemiselulosa dan lignin. Selulosa dan hemiselulosa
merupakan komponen dinding sel tumbuhan dan tidak dapat dicerna oleh ternak
monogastrik. Hewan ruminansia mempunyai mikroorganisme rumen yang memiliki
kemampuan untuk mencerna selulosa dan hemiselulosa. Chandra(2001).
Penentuan Kadar BETN
Kandungan BETN suatu bahan pakan
sangat tergantung pada komponen lainnya, seperti abu, protein kasar, serat
kasar dan lemak kasar. Hal ini disebabkan penentuan kandungan BETN hanya berdasarkan
perhitungan dari zat-zat yang tersedia. Penentuan kadar
Ekstrak Tanpa Nitrogen hanya berdasarkan perhitungan 100%- (%air + %abu + %serat
kasa r+ %protein kasar+%lemak kasar).
Tabel
6. Hasil Penentuan BETN
Kel
|
Bahan
|
% BK
|
% Abu
|
% PK
|
% LK
|
% SK
|
%BETN
|
A1
|
Tepung Rumput
Gajah
|
92,4500
|
10,7389
|
1,7581
|
11,9264
|
22,1200
|
45,9066
|
A2
|
Tepung Daun Ubi
|
93,7938
|
8,2550
|
17,5641
|
18,7069
|
10,0369
|
36,7470
|
A3
|
Tepung Klobot
Jagung
|
93,3600
|
2,1698
|
8,7470
|
13,7286
|
20,1399
|
48,5747
|
A4
|
Tepung Ampas Tahu
|
95,8438
|
2,9573
|
13,1424
|
39,3603
|
16,2669
|
24,1169
|
A5
|
Tepung Jagung
|
89,2711
|
1,7682
|
1,7569
|
11,4731
|
-0,7295
|
75,0024
|
A6
|
Tepung Bungkil Kedele
|
87,1765
|
7,7561
|
70,3032
|
11,1055
|
-0,9298
|
-1,0585
|
A7
|
Tepung Bungkil
Kelapa
|
90,8355
|
8,3449
|
6,8500
|
17,8357
|
11,5842
|
46,2207
|
A8
|
Tepung Pelepah Sawit Segar
|
92,3630
|
6,1475
|
7,0162
|
8,6139
|
36,5280
|
34,0574
|
A9
|
Tepung OPF
Amoniasi
|
92,3800
|
9,2072
|
4,3895
|
9,7122
|
34,0929
|
34,9780
|
BETN
Tepung Daun Ubi
BETN (%) = %BK – (%ABU+%PK+%LK+SK)
= 93,7938 – (8,2550 + 17,5641 + 18,7069 + 10,0369)
= 36,7470%
Susi(2001) menyatakan bahwa bahan
ekstrak tanpa nitrogen adalah kandungan zat makanan dikurangi persentase
air,abu,protein kasar,lemak kasar,dan serat kasar.Kadar Bahan Ekstrak Tanpa
Nitrogen dihitung sebagai nutrisi sampingan dari protein.
V.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Analisis proksimat adalah suatu metoda analisis kimia
untuk mengidentifikasi kandungan nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak
dan serat pada suatu zat makanan dari bahan pakan atau pangan. Penentuan Kadar Air Menguapkan air yang terdapat dalam bahan dengan oven dengan suhu
100°-105°C dalam jangka waktu tertentu. hingga seluruh air yang terdapat dalam
bahan menguap atau penyusutan berat bahan tidak berubah lagi. Penentuan kadar
abu Membakar bahan dalam tanur (furnace) dengan suhu 600°C selama 4-5 jam
sehingga seluruh unsur pertama pembentuk senyawa organik (C,H,O,N) habis
terbakar dan berubah menjadi gas. Sisanya yang tidak terbakar adalah abu yang
merupakan kumpulan dari mineral-mineral yang terdapat dalam bahan. Dengan
perkataan lain, abu merupakan total mineral dalam bahan. Penentuan kadar protein Penetapan nilai protein kasar
dilakukan secara tidak langsung, karena analisis ini didasarkan pada penentuan
kadar nitrogen yang terdapat dalam bahan. Kadar lemak Melarutkan (ekstraksi)
lemak yang terdapat dalam bahan dengan pelaut lemak (ether) selama 3-8 jam.
Ekstraksi menggunakan alat sokhlet. Beberapa pelarut yang dapat digunakan
adalah kloroform, heksana, dan aseton. Lemak yang terekstraksi (larut dalm
pelarut) terakumulasi dalam wadah pelarut (labu sokhlet) kemudian dipisahkan
dari pelarutnya dengan cara dipanaskan dalam oven suhu 105°C.
5.2 Saran
Untuk para praktikan yang
lainnya agar dapat lebih meningkatkan disiplin lagi sehingga dalam praktikum
kita akan cepat selesai dan dapat menjaga peralatan laboratorium yang telah ada
sehingga dapat digunakan lagi untuk masa yang akan datang.
DAFTAR
PUSTAKA
Anggorodi.
R. 2005. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gadjah Mada University Press. Jogjakarta.
Hafes.
E. S. E.2000. Metode Analisis Proksimat. Jakarta
: Erlangga.
Dina. 2001 . Ilmu Gizi Ruminansia. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak.
LUW-Universitas Brawijaya Animal Husbandri Project.
Defano. 2000 . Ilmu Makanan Ternak. Gajah Mada
University Press Fakultas Peternakan Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Karra
, 2003. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada
University.Yogyakarta.
Khairul.2009
. Ilmu Gizi dan Makanan Ternak. Penerbit Angkasa. Bandung.
Krishna G and S.K.
Ranjhan. 1980. Laboratory Manual
for Nutrition Reseach. Vikas publising house PVT Ltd. Sahibabad. India.
Susi . 2001. Analisis dengan Bahan Kimia 2000. Erlangga. Jakarta.
LAMPIRAN
PENENTUAN KADAR AIR
1. Tepung
Rumput Gajah
%
Bahan Kering %
92,4500
%
2. Tepung
Daun Ubi
%
Bahan Kering %
93,7938
%
3. Tepung
Klobot Jagung
6,6400
%
Bahan Kering %
93,3600
%
4. Tepung
Ampas Tahu
%
Bahan Kering %
95,8438
%
5. Tepung Jagung
%
Bahan Kering %
89,2711
%
6. Tepung Bungkil
Kedele
%
Bahan Kering %
87,1765
%
7. Tepung Bungkil
Kelapa
%
Bahan Kering %
90,8355
%
8. Tepung Pelepah Sawit Segar
%
Bahan Kering %
92,3630
%
9. Tepung OPF Amoniasi
%
Bahan Kering %
92,3800
%
PENENTUAN KADAR ABU
1. Tepung
Rumput Gajah
%
2. Tepung
Daun Ubi
%
3. Tepung
Klobot Jagung
%
4. Tepung
Ampas Tahu
%
5. Tepung
Jagung
%
6. Tepung Bungkil
Kedele
%
7. Tepung Bungkil
Kelapa
%
8. Tepung
Pelapah Sawit Segar
%
9. Tepung OPF
Amoniasi
%
Selain itu, disini
kami juga di ajarkan bagaimana menghitung Bahan Organik
Rumusnya adalah =
%BK - %Kadar Abu
1. Tepung
Rumput Gajah
Bahan
Organik = %BK - %Kadar Abu
= 92,4500 % - 10,7389 %
= 81,7111%
2. Tepung
Daun Ubi
Bahan
Organik = %BK - %Kadar Abu
= 93,7938% - 8,2550% =
85,5388%
3. Tepung
Klobot Jagung
Bahan
Organik = %BK - %Kadar Abu
= 93,3600% - 2,1698% =
91,1902%
4. Tepung
Ampas Tahu
Bahan
Organik = %BK - %Kadar Abu
= 95,8438% - 2,9573% =
92,8865%
5. Tepung
Jagung
Bahan Organik = %BK - %Kadar Abu
= 89,2711% - 1,7682% =
87,5029%
6. Tepung
Bungkil Kedele
Bahan Organik = %BK - %Kadar Abu
=
87,1765% - 7,7561% = 79,4204%
7. Tepung
Bungkil Kelapa
Bahan Organik = %BK - %Kadar Abu
=
90,8355% - 8,3449% = 82,4906%
8. Tepung
Pelepah Sawit Segar
Bahan Organik = %BK - %Kadar Abu
=
92,3630% - 6,1475% = 86,2155%
9. Tepung
OPF Amoniasi
Bahan Organik = %BK - %Kadar Abu
= 92,3800% -
9,2072% = 83,1728%
PENENTUAN PROTEIN KASAR
1. Tepung
Rumput Gajah
%
2. Tepung
Daun Ubi
%
3. Tepung
Klobot Jagung
%
4. Tepung
Ampas Tahu
%
5. Tepung Jagung
%
6. Tepung Bungkil
Kedele
%
7. Tepung Bungkil
Kelapa
%
8. Tepung
Pelepah Sawit Segar
%
9. Tepung OPF
Amoniasi
%
PENENTUAN LEMAK KASAR
1. Tepung
Rumput Gajah
%
2. Tepung
Daun Ubi
%
3. Tepung
Klobot Jagung
%
4. Tepung
Ampas Tahu
%
5. Tepung Jagung
%
6. Tepung Bungkil
Kedele
%
7. Tepung Bungkil
Kelapa
%
8. Tepung
Pelepah Sawit Segar
%
9. Tepung OPF
Amuniasi
%
PENENTUAN
SERAT KASAR
1.
Tepung Rumput Gajah
%
2. Tepung
Daun Ubi
%
3. Tepung
Klobot jagung
%
4. Tepung
Ampas Tahu
%
5. Tepung Jagung
%
6. Tepung Bungkil
Kedele
%
7. Tepung Bungkil
Kelapa
%
8. Tepung
Pelepah Sawit Segar
%
9. Tepung OPF
Amoniasi
%
Penentuan
KADAR
BAHAN EKSTRAK TANPA NITROGEN (BETN)
1.
Tepung Rumput Gajah
BETN (%) = %BK – (%ABU+%PK+%LK+SK)
= 92,4500 – (10,7389 + 1,7581 + 11,9264 + 22,1200)
=
45,9066%
2.
Tepung Daun Ubi
BETN (%) = %BK – (%ABU+%PK+%LK+SK)
= 93,7938 – (8,2550 + 17,5641 + 18,7069 + 10,0369)
= 36,7470%
3.
Tepung Klobot Jagung
BETN (%) = %BK – (%ABU+%PK+%LK+SK)
= 93,3600 – (2,1698 + 8,7470 + 13,7069 + 20,1399)
= 48,5747%
4.
Tepung Ampas Tahu
BETN (%) = %BK – (%ABU+%PK+%LK+SK)
= 95,8434 – (2,9573 + 13,1424 + 39,3603 + 16,2669)
= 24,1169%
5. Tepung Jagung
BETN (%) = %BK – (%ABU+%PK+%LK+SK)
= 89,2711 – (1,7682 + 1,7569 + 11,4731 + (-0,7295))
=
75,0024%
6. Tepung Bungkil
Kedele
BETN (%) = %BK – (%ABU+%PK+%LK+SK)
= 87,1765 – (7,7561 + 70,3032 + 11,1055 + (-0,9298))
=
-1, 0585%
7. Tepung Bungkil
Kelapa
BETN (%) = %BK – (%ABU+%PK+%LK+SK)
= 90,8355 – (8,3449 + 6,8500 + 17,8257 + 11,8542)
=
46,2207%
8. Tepung
Pelepah Sawit Segar
BETN (%) = %BK – (%ABU+%PK+%LK+SK)
= 92,3630 – (6,1475 + 7,0162 + 8,6139 + 36,5280)
=
34,0574%
9.
Tepung OPF Amoniasi
BETN (%) = %BK – (%ABU+%PK+%LK+SK)
= 92,3800 – (9,2074 + 4,3895 + 9,7122 + 34,0929)
= 34,9780%