Rabu, 18 Juli 2012

laporan bpfr mencampur ransum putra dadang herianto


I.                   PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Ransum adalah susunan dari beberapa bahan pakan dengan. perbandingan tertentu sehingga dapat memenuhi kebutuhan gizi ternak. Jadi dengan mencampur beberapa jenis bahan pakan diharapkan kandungan gizi ransum sesuai dengan kebutuhan gizi ayam sehingga ayam dapat berproduksi dengan baik. Hal terpenting yang harus diperhatikan dalam mencampur ransum adalah mengetahui bahan mana yang harus dicampur terlebih dahulu agar hasilnya rata atau homogen. Jika ransom dibuat dalam jumlah kecil dapat dilakukan secara manual tetapi bila dalam jumlah besar dapat digunakan mesun pencampur atau mixer.
Bahan yang dicampur terlebih dahulu biasanya jumlahnya sedikit bentuk fisiknya halus seperti premix  sumber mineral. Metode yang digunakan untuk menyusun ransum ternak diantaranya adalah metode coba-coba atau trial and error method, metode persamaan simulat, metode matriks dan metode persamaan linear. Macam-macam metode tersebut pada prinsipnya sama, hanya teknis penghitungannya yang berbeda.
Persamaan linear yang banyak digunakan dalam program komputer tentunya lebih mudah dan cepat dalam menyusun ransum. Dengan metode ini banyak pilihan bahan pakan yang dapat digunakan dalam menyusun ransum sehingga akan didapat kombinasi bahan pakan yang mudah diperoleh di sekitar tempat tinggal peternak, sesuai kebutuhan gizinya dan harga yang termurah.
Sebelum menyusun formulasi ransum, terlebih dahulu harus diketahui beberapa kebutuhan ternak. Kemudian memilih bahan makanan yang dapat memenuhi pesyaratan nutrisi yang ekonomis. Ransum yang banyak digunakan untuk menyusun ransum ternak adalah metode coba-coba. Cara ini relatif mudah bila bahan pakan yang digunakan tidak banyak jenisnya, tetapi pertimbangan harga minimum sulit dilakukan.


1.2  Tujuan dan manfaat
Agar pratikan belajar mencampur suatu formula ransum sesuai dengan tujuan dan kebutuhan ternak dan mengetahui apa saja yang dipratikumkan dan dijelaskan oleh asisten dosen, tentang bagaimana cara penyusunan ransum dan bahan-bahan apa saja yang digunakan dalam penyususnan ransum serta persentase pemakaian bahan pakan yang akan digunakan, dan yang terpenting adalah praktikan mendapatkan pengalaman mencampur ransum secara manual.
Manfaatnya adalah praktikan mendapatkan pengalaman  cara mencampur pakan ternak secara manual.






















II.                TINJAUAN PUSTAKA


            Dalam mencampur ransum bahan-bahan yang dalam jumlah kecil dan bertekstur  halus harus dicampur terlebih dahulu selanjutnya bahan-bahan pakan yang berjumlah besar dicampurkan ( Nurhayati, et.al. 2008)
            Dua cara dalam mencampur ransum yang didasarkan pada jumlah ransum yang akan disusun. Dengan cara manual (jumlah ransum sedikit) dengan mesin pencampur “mixer” (jumlah Besar). (trobus.2008).
Bungkil kedele, ampas tahu ,merupakan bahan pakan sumber protein nabati yang lazim digunakan sebagai pakan ternak (Parrakkasi.a. 2004).
Bahan makanan yang dapt digunakan untuk menyusun ransum dapat dibedakan menjadi bahan makanan sumber energi, bahan makanan sumber protein, bahan makanan sumver lemak, dan  minyak, feed additif, enzymes, dan pemacu pertumbuhan (Nurhayati, 2008). 
Hasil yang diperoleh dari pratikum ini  yaitu kita bisa mencampur ransum secara homogen dan mengetahui berapa formulasi ransum yang akan disusun d.n berapa kebuthan agar mendaatkan jumlah zat yang terdapat dalam bahan sebagai palatable. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Teja Kaswari (2008).
Bungkil Kelapa sawit mudah dirusak oleh jamur dan mudah tengik, sehingga harus hati-hati dalam menyimpan, menurut pendapat dari Irfan anshory, (2007).
Pengeringan matahari merupakan proses termudah dan termurah, tetapi juga  rendah kadar proteinnya. Tepung ikan lokal yang bersumber dari sisa industri ikan kalengan atau limbah tangkapan nelayan dan hanya dijemur dengan panas matahari mempunyai kandungan protein kasar hanya 51-55%. Menurut pendapat dari Parning, Mika dan marlan, (2000)
Di Indonesia, tepung ikan ada beberapa macam baik produk lokal maupun import dengan kualitas yang beragam. Dengan kondisi ini peternak disarankan membeli tepung ikan dari penjual yang terpercaya dan sudah biasa menjual tepung ikan yang baik. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Sutresna Nana ( 2005 ).
Untuk memenuhi komposisi formulasi ransum yang apabila dikombinasikan akan mendapatkan hasil yang sempurna atau esensial sehingga dapat memenuhi kebutuhan ternak tersebut hal ini sesuai dengan pendapat dari Retnowati ( 2009 ).
Bahan pakan sumber energi antaralain jagung, sorghum, beras, dedak padi, hijauan, serta minyak yang merupakan sumber energi yang berasal dari lemak yang berbentuk cairan (Anggorodi.R, 2006).
Dedak padi atau sekam padi merupakan hasil ikutan bahan penggiling beras yang masih bisa dimanfaat sebagai bahan pakan sumber energi yang berbentuk bubuk (tepung) (Trobos, 2007).
Bahan-bahan pakan sumber mineral antara lain tepung tulang, tepung kulit kerang, mineral supplement (Hendaka, et al. 2008).
Bahan-bahan sumber vitamin lebih banyak dalam bentuk teblet atau bubuk yang diproduksi secara modern oleh indutri-iondustri bidang peternakan (Trobos, 2008).
Bahan-bahan pemalsu pakan  merupakan bahan-bahan yang bentuk, tekstur hampir sama dengan bahan pakan yang dipalsukan akan tetapi satu hala yang sulit untuk dipastikan yaitu bau (Parrakkasi.A. 2003).
Hijauan merupakan bahan pakan utama ternak rumanisia yang merupakan sumber energi yang diperoleh dari pencernaan serat (Parrakkasi.A. 2007).











III.             MATERI DAN METODA


1.1  Waktu dan tempat
Praktikum bahan pakan dan formulasi ransum tentang mencampur ransum  dilaksanakan dilaboratorium Nutrisi dan Makanan ternak Universitas Jambi pada hari kamis tanggal  31 mei 2012 pukul 14.00 sampai dengan selesai.

1.2  Materi
Alat yang digunakan pada praktikum Mencampur Ransum adalah tabel kebutuhan ternak, tabel komposisi bahan makanan ternak, Sedangkan bahan yang digunakan adalah Tepung Ikan, Dedak Padi, Minyak Sayur, Jagung Giling,  Bungkil Kelapa Sawit, dan Premiks.

1.3  Metoda
Sedangkan cara kerja dalam mencampur ransum adalah pertama-tama kelompokkan dulu bahan-bahan makanan yang jumlahnya sedikit dan teksturnya halus (misalnya garam,  premix, dan CaCo3) dan campurkan sampai merata.
Kemudian jika menggunakan dedak padi dan minyak sayur maka campurkan keduanya terlebih dahulu.
Setelah itu tambahkan tepung ikan, bungkil kedele, jagung dan bahan lainnya dan campurkan semua bahan tersebut sampai merata dan menjadi homogen.









IV.             HASIL DAN PEMBAHASAN


Setelah praktikum Mencampur  Ransum,maka didapat hasil seperti yang dibawah ini :
Tabel Komposisi Bahan Makanan Ternak
Bahan Pakan
EM(kkal/kg)
PK (%)
SK (%)
LK(%)
Jagung
Dedak
Tepung Ikan
BIS
Minyak Sayur
Premiks
3350
2980
2820
1525
-
-
8,56
12,5
60,05
19,2
-
-
2,2
11,4
0,7
14,4
-
-
3,8
13
9,4
2,1
100
-

Tabel di diatas menunjukan kandungan zat bahan pakan sesuai pada table Nutrien Requirements of  Poultry.

Tabel 2. Kebutuhan Ternak Ayam Broiler
Kandungan Zat Makanan
EM(kkal/kg)
PK (%)
LK (%)
SK (%)
Kebutuhan
2500 - 3200
22 - 24
6 - 9
5-8

Untuk lebih memahami bahan pakan yang akan di formulasi ransum perhatikan tabel di bawah ini.
Tabel. 1. Formulasi ransum bahan pakan dengan mengetahuai penggunaannya melalui metode coba-coba.






Tabel  3. Hasil Formulasi Ransum
No
Bahan Pakan
Penggunaan
EM(kkal/kg)
PK (%)
LK (%)
SK (%)
1
Jagung
34
1139
2,89
1,292
0,748
2
Dedak
20
596
2,5
2,6
2,28
3
Tepung Ikan
21
592,2
12,6105
1,974
0,147
4
Bungkil Inti Sawit
22
555,5
4,224
0,462
3,168
5
Minyak Sayur
2
-
-
2
-
6
Premix
1
-
-
-
-

Jumlah
100
2882,7
22,2245
8,328
6,343

Kebutuhan

2500-3200
22-24
6-9
5-8

Untuk lebih memahami bahan pakan yang akan di formulasi ransum perhatikan tabel di bawah ini.
Tabel Jumlah bahan pakan yang digunakan setelah dikonversikan sebanyak 5 kg.
No
Bahan Pakan
Penggunaan (%)
Jumlah Pemakaian
1
Jagung
34
1700
2
Dedak
20
1000
3
Tepung Ikan
21
1050
4
Bungkil Inti Sawit
22
1100
5
Minyak Sayur
2
100
6
Premix
1
50

Jumlah
100
5000


Hasil yang diperoleh dari pratikum ini  yaitu kita bisa mencampur ransum secara homogen dan mengetahui berapa formulasi ransum yang akan disusun d.n berapa kebuthan agar mendaatkan jumlah zat yang terdapat dalam bahan sebagai palatable. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Teja Kaswari (2008).  Yang menyatakan bahwa Ransum yang yang diformulasikan haruslah mendapat cukup palatable agar dapat meransang nafsu makan, karena apabila ransum yang dibuat ditolak oleh ternak maka dapat dikatakan ransum tersebut kurang baik.
          Bahan yang digunakan dalam mencampur ransum terdiri dari sumber protein, energi, dan mineral sehingga akan mempengaruhi kebutuhan tenak itu senderi.

A. Bahan Pakan Nabati
            Bahan pakan nabati adalah bahan pakan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Bahan pakan nabati ini umumnya mempunyai serat kasar tinggi, misalnya dedak dan daun-daunan yang suka dimakan oleh ternak.
            Disamping itu bahan pakan nabati banyak pula yang mempunyai kandungan protein tinggi seperti bungkil kelapa. bungkil kedele dan bahan pakan asal kacang-kacangan. Dan tentu saja kaya akan energi seperti jagung.

1. Dedak halus
            Dedak sebagai limbah penggilingan padi banyak terdapat di Indonesia karena Indonesia merupakan negara penghasil padi. Pada saat musim panen, dedak mudah diperoleh dan murah harganya.
 Dedak sebagai bahan pakan ternak luas penggunaannya, dapat digunakan sebagai bahan pakan berbagai jenis dan tipe ternak.
            Dedak halus dibedakan antara dedak halus pabrik dan dedak halus kampung. Dedak halus kampung mengandung lebih banyak serat kasar dibandingkan dedak halus pabrik, serta kandungan proteinnya hanya 10,1 %, sedangkan dedak halus pabrik mengandung protein 13,6%.
Sedangkan kandungan lemaknya tinggi, sekitar 13%, demikian juga serat kasarnya kurang lebih 12%. Oleh karena itu penggunaan dedak halus dalam pakan ternak khususnya ayam buras sebaiknya tidak melebihi 45%. Bila beras yang sudah putih digiling kembali, maka akan didapatkan limbah berupa bekatul dengan kandungan proteinnya 10,8%, ini dapat juga digunakan sebagai bahan pakan ayam buras.
Rice bran ( dedak padi) bagus untuk makanan ternak dan media untuk pembiakan jamur konsumsi. Dedak padi diperoleh dari penggilingan padi menjadi beras. Banyaknya dedak yang dihasilkan tergantung pada cara pengolahan. Sebanyak 4% dedak kasar dan 2.5% dedak halus dapat dihasilkan dari berat gabah kering. Dedak padi cukup disenangi ternak. Pemakaian dedak padi dalam ransum sapi perah umumnya sampai 15% dari campuran konsentrat. Pembatasan dilakukan karena pemakaian dedak padi dalam jumlah besar dapat menyebabkan susahnya pengosongan bowel karena adanya sifat pencahar pada dedak. Pemakaian dedak padi dalam jumlah besar dalam campuran ransum dapat memungkinkan ransum tersebut mudah mengalami ketengikan selama penyimpanan.
Gambar 2. Dedak padi (Rice bran)
Dedak padi tidak mempunyai anti nutrisi, tetapi penggunaannya perlu dibatasi. Ada beberapa alasan tentang pembatasan penggunaan dedak padi dalam ransum sapi perah. Pertama karena dedak padi mempunyai sifat pencahar yang bila dipergunakan berlebih akan menyebabkan gangguan pencernaan. Kedua karena dedak mempunyai kadar lemak relatif tinggi apabila dipergunakan tinggi dalam ransum akan membuat ransum tidak tahan untuk disimpan. Dedak padi mempunyai sifat pencahar yang dapat menyebabkan susahnya penggosongan perut. Bulk density untuk dedak padi sebesar 337.2-350.7 g/l.
Dedak padi umumnya tidak tahan disimpan dan cepat menjadi tengik. Hal ini disebabkan oleh tingginya kandungan lemak. Ketengikan ini dpaat diakibatkan oleh enzim lipase yang dihasilkan oleh bahan itu senditri maupun oleh mikroorganisme (jamur). Selain itu reaksi dedak dengan oksigen juga dapat mengakibaykan ketengikan. Ketengikan akan mengakibatkan kehilangan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak khususnya vitamin A. melalui pengeringan dan pemanasan pad a penggilingan dapat memperpanjang waktu daya simpan. Pemanasan dan pengeringan serta pelarutan lemak dedak padi merupakan pengolahan yang sering dilakukan untuk memperpanjang daya tahan dedak padi selama penyimpanan. 
2. Jagung
Jagung sebagai pakan ayam buras sudah sejak lama digunakan. Jagung mengandung protein agak rendah (sekitar 9,4%), tetapi kandungan energi metabolismenya tinggi. (3430 kkal/kg). Oleh karena itu jagung merupakan sumber energi yang baik. Kandungan serat kasarnya rendah (sekitar 2%), sehingga memungkinkan jagung dapat digunakan dalam tingkat yang lebih tinggi. Jagung kuning mengandung pigmen karoten yang disebut "xanthophyl". Pigmen ini memberi warna kuning telur yang bagus dan daging yang menarik, tidak pucat.
Tanaman jagung merupakan tanaman pangan yang terpenting didunia selain gandum dan padi. Berdasarkan temuan genetik, antropologi, dan arkeologi diketahui daerah asal jagung adalah amerika tengah (meksiko bagian selatan). Klasifikasi tanaman jagung :
Kerajaan             : Plantae
Divisio               : Spermatophyta
Sbdivisio            : Angiospermae
Ordo                  :
Poales
Famili                 :
Poaceae
Genus                 :
Zea
Spesies               : Zea mays
Curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam awal musim hujan atau menjelang musim kemarau. Membutuhkan sinar matahari, tanaman yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang tidak optimal.

 
Gambar 1. Jangung (Zea mays)
         Suhu optimum antara 230 C - 300 C. Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah khusus, namun tanah yang gembur, subur dan kaya humus akan berproduksi optimal. pH tanah antara 5,6-7,5. Aerasi dan ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari 8 %. Daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu. Ketinggian antara 1000-1800 m dpl dengan ketinggian optimum antara 50-600 m dpl.

3. Bungkil Kelapa Sawit
Bungkil kelapa sawit merupakan limbah dari pembuatan minyak kelapa sawit dapat digunakan sebagai pakan lemak. Indonesia kaya akan pohon kelapa sawit dan banyak mendirikan pabrik minyak goreng, sehingga bungkil kelapa sawit banyak tersedia kandungan protein cukup tinggi sekitar 21,6% dan energi metabolis sekitar 1540 - 1745 Kkal/Kg. Tetapi bungkil kelapa sawit ini miskin akan Cysine dan Histidin serta kandungan lemaknya tinggi sekitar 15%. Oleh karena itu penggunaan dalam menyusun ransum tidak melebihi 20%, sedang kekurangan Cysine dan Histidin dapat dipenuhi dari tepung itu atau Cysine buatan pabrik. Secara umum bungkil kelapa sawit berwarna coklat, ada coklat tua ada coklat muda (coklat terang) sebaiknya dipilih bungkil kelapa sawit yang berwarna coklat muda atau coklat terang inilah yang kita pilih. Bungkil Kelapa sawit mudah dirusak oleh jamur dan mudah tengik, sehingga harus hati-hati dalam menyimpan, menurut pendapat dari Irfan anshory, (1997). Bahan pakan yang berasal dari tumbuh- tumbuhan  memiliki  kadar protein dan kadar energi yang cukup tinggi.
Dengan pemberian BIS dan Solid dapat menghemat biaya pemeliharaan sapi, Bungkil Sawit saat ini masih belum bisa diperoleh secara bebas di Dharmasraya, namun harganya masih lebih hemat dibanding dedak padi, sementara itu Solid lebih gampang didapatkan karena masih banyak terbuang di pabrik pengolah Sawit.

Gambar 4. Bungkil Inti Sawit/ BIS (Copra meal)
B. Bahan Pakan Hewani.
Bahan pakan asal hewan ini umumnya merupakan limbah industri, sehingga sifatnya memanfaatkan limbah. Bahan pakan hewani yang biasa digunakan adalah tepung ikan, tepung tulang, tepung udang dan tepung kerang. Beberapa bahan pakan hewan yang lain adalah cacing, serangga, ulat dll. Bahan-bahan pakan ini ditemukan ayam yang dipelihara secara intensif, cacing, serangga dan lain-lain tidak diberikan. Tetapi bekicotyang banyak didapat di musim hujan, sudah mulai diternakkan, merupakan bahan pakan alternatif yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan protein pada ransum ayam.

1. Tepung Ikan.
            Tepung ikan merupakan bahan pakan yang sangat terkenal sebagai sumber protein yang tinggi. Tetapi perlu diketahui bahwa kandungan gizi tepung ikan ini berbeda, sesuai dengan jenis ikannya. Disamping jenis ikan, proses pengeringan ikan juga mempengaruhi kualitas tepung ikan tersebut. Ada beberapa macam proses pengeringan, yaitu pengeringan matahari, pengeringan vacum, pengeringan dengan uap panas dan pengeringan dengan pijar api sesaat. Pengeringan matahari merupakan proses termudah dan termurah, tetapi juga  rendah kadar proteinnya. Tepung ikan lokal yang bersumber dari sisa industri ikan kalengan atau limbah tangkapan nelayan dan hanya dijemur dengan panas matahari mempunyai kandungan protein kasar hanya 51-55%. Menurut pendapat dari Parning, Mika dan marlan, (2000) menyatakan bahwa tepung ikan merupakan bahan pakan yang superior yang mempunyai kadar protei paling tinggi dari bahan pakan lainnya.
            Selain sebagai sumber protein dengan asam amino yang baik, tepung ikan juga merupakan sumber mineral dan vitamin. Dengan kandungan gizi yang sangat baik ini maka tak heran bila harganyapun mahal. Oleh karena itu, untuk menekan harga ransum, pengguna tepung ikan dibatasi dibawah 8%. Di Indonesia, tepung ikan ada beberapa macam baik produk lokal maupun import dengan kualitas yang beragam. Dengan kondisi ini peternak disarankan membeli tepung ikan dari penjual yang terpercaya dan sudah biasa menjual tepung ikan yang baik. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Sutresna Nana ( 1995 ). Yang menyatakan bahwa Pemberian ransum pada ternak adalah untuk menyediakan bahan makanan yang dibutuhkan ternak sehinggga dapat menghasilkan daging, susu dan telur yang menguntungkan bagi peternak
Untuk memenuhi komposisi formulasi ransum yang apabila dikombinasikan akan mendapatkan hasil yang sempurna atau esensial sehingga dapat memenuhi kebutuhan ternak tersebut hal ini sesuai dengan pendapat dari Retnowati ( 1999 ). Formulasi ransum adalah proses dimana berbagi macam bahan bahan makanan  dikombinasikan dalam proporsi yang esensial untuk ternak dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhannya sesuai dengan fase produksinya .
Tepung Ikan adalah salah satu bahan pakan ternak yang menyediakan kebutuhan protein untuk ternak dan juga di gunakan untuk bio sebagai pupuk, ada banyak macam jenis tepung ikan/ fish meal.
1. Tepung ikan import
2. Tepung ikan lokal
Gambar 3. Tepung ikan (Fish meal)
Untuk tepung ikan import main dari produksinya kebanyakan dari daerah amerika selatan denmark dan lain-lain. sedangkan tepung ikan lokal banyak di produksi di daerah jawa timur terutama daerah banyuwangi (muncar), bali, manado, dan daerah di pinggir pantai di sekitar pulau jawa, bali, sulawesi, dan Sumatra.

C.                Minyak Sayur
Minyak sayur hanya digunakan sedikit jika kita membuat formulasi ransum. Pada praktikum formulasi ransum kali ini penggunaan minyak sayur tidak boleh kurang dari 3%. Pada formulasi yang kami buat penggunaan minyak sawit adalah 5%.
Gambar 5. Bungkil Inti Sawit/ BIS (Copra meal)
D.                Premix
Agar performa ternak sapi, baik sapi potong maupun sapi perah bisa maksimal, selain keseimbangan nutrisi utama seperti protein, lemak, serat kasar dan energi, juga perlu diperhatikan keseimbangan mineral, baik makro maupun mikro dan juga vitamin. Kenapa? karena mineral makro dan mikro ini juga memiliki peranan penting bagi proses metabolisme, sintesa dan degradasi di dalam tubuh ternak.
Karena usaha ternak yang dikejar adalah produksi, maka titik metabolik yang dikejar adalah di sintesa, baik itu sintesa jaringan otot/daging pada sapi potong maupun sintesa cairan susu pada sapi perah. Satu misal, peranan sulfur bagi ternak ruminansia, karena membantu proses sintesa protein mikroba di dalam rumen, tanpa sulfur, protein mikroba tidak akan terbentuk dengan sempurna. Jika protein mikroba tidak terbentuk, maka ini jelas akan menjadikan loss invest dari pakan anda, terutama bahan pakan yang mengandung NPN (Non-Protein Nitrogen).
Jika demikian, lantas premix apakah yang terbaik bagi ternak sapi?apakah kriteria nya sama dengan premix untuk unggas atau non-ruminan?..Agar singkat, saya akan membagikan beberapa tips bagaimana memilih premix untuk ternak sapi.

       
Gambar 6. Premix

Ketahui betul jenis mineral yang esensi bagi tujuan produksi ternak anda, misalkan untuk sapi perah. Agar produksi air susu bisa tinggi dan stabil serta tidak mengganggu performa sapi, dibutuhkan mineral Ca dan P dalam jumlah cukup. Maka pastikan dalam premix yang akan anda buat atau beli, harus ada kandungan Ca dan P yang cukup. kalau perlu, anda lakukan uji laboratorium ke kampus seperti IPB, UGM dan Univ.Brawijaya.














V.                PENUTUP


5.1  Kesimpulan
Dari praktikum Formulasi Ransum dan Mencampur Ransum dapat disimpulkan bahwa dalam pencampuran ransum bahan-bahan yang terlebih dahulu dicampurkan adalah bahan yang halus/ kecil harus dicampur terlebih dahulu hingga homogen maka selanjutnya bahan – bahan yang berjumlah lebih besar. Adapun metode yang digunakan dalam menyusun ransum ini antara lain yaitu metode trial and error method. Sedangkan di dalam mencampur ransum itu sendiri dapat menggunakan sumber protein, sumber energi, sumber mineral dan sumber yang lainnnya yang dapat menunjang terbentuknya ransum.
Hasil yang diperoleh dari pratikum ini  yaitu kita bisa mencampur ransum secara homogen dan mengetahui berapa formulasi ransum yang akan disusun d.n berapa kebuthan agar mendaatkan jumlah zat yang terdapat dalam bahan sebagai palatable. Yang menyatakan bahwa Ransum yang yang diformulasikan haruslah mendapat cukup palatable agar dapat meransang nafsu makan, karena apabila ransum yang dibuat ditolak oleh ternak maka dapat dikatakan ransum tersebut kurang baik.

5.2  Saran
Untuk para praktikan yang lainnya agar dapat lebih meningkatkan disiplin lagi sehingga dalam praktikum kita akan cepat selesai dan dapat menjaga peralatan laboratorium yang telah ada sehingga dapat digunakan lagi untuk masa yang akan datang.





DAFTAR PUSTAKA


Anggorodi. R. 2007. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gadjah Mada University Press. Jogjakarta.
Anshory  Irfan ,  2007.  Bahan  Pakan  dan  Formulasi  Ransum.  Jakarta  :  Erlangga.

Kaswari. T. 2008. Diktat Nutrisi Ternak dasar. Fakultas Peternakan Universitas Jambi. Jambi.
Nurhayati, et.al. 2008. Nutrisi Ternak Unggas. Fapet UNJA. Jambi.
Parning,  Mika,  Marlan,  (2000).  Penuntun  Belajar  Bahan  Pakan  dan  Formulasi Ransum.  Jakarta  :  Yudistira.
Parrakkasi.a. 2007. Ilmu Gizi dan Makanan Ternak. Penerbit Angkasa. Bandung.
Sutresna, Nana. 2005.  Kimia 2. Ganeca  Exact. Bandung.
Trobos. 2007. Pasar Menganga Bibit Langka. PT. PWI. Jakarta.
Trobos. 2008. Tuna Budidaya Jepang Mengancam. PT. PWI. Jakarta.









LAMPIRAN

Konversi pengunaan ransumnya adalah hasil penjumlahan Jagung, Dedak, Tepung Ikan, BIS, Minyak Sayur dan Premix, dengan menggunakan berat (ukuran) 5000 gr diperolehlah hasilnya sebagai berikut:
Perhitungan dalam pencampuran ransum
Ø  Jagung 34% =   5000 = 1700 gr
Ø  Dedak 20% =   5000 = 1000 gr
Ø  Tepung Ikan 21% =   5000 = 1050 gr
Ø  BIS 22% =   5000 = 1100 gr
Ø  Minyak Sayur 2% =   5000 = 100 ml
Ø  Premix 1% =   5000 = 50 gr
Perhitungan formulasi ransum
Energi metabolisme (EM)
Jagung                               = 34     x 3350    = 1139                                                        
                                              100
Dedak padi                       = 20     x 2980    = 596                                                          
                                             100
Bis                                     = 22     x 1525    = 555,5                                                       
                                             100
Tepung ikan                       = 21     x 2820   = 592,2                                                        
                                             100

Protein Kasar
Jagung                               = 34     x 8,5       = 2,89                                                         
                                              100
Dedak padi                       = 20     x 12,5     = 2,5                                                           
                                             100
Bis                                     = 22     x 19,2     = 4,224                                                       
                                             100
Tepung ikan                       = 21     x 60,05   = 12,6105                                                   
                                             100

Serat Kasar
Jagung                               = 34     x 2,2       = 0,748                                                       
                                              100
Dedak padi                       = 20     x 11,4    = 2,28                                                          
                                             100
Bis                                     = 22     x 14,4     = 3,168                                                       
                                             100
Tepung ikan                       = 21     x 0,7     = 0,147                                                         
                                             100

Lemak Kasar
Jagung                               = 34     x 3,8      = 0,748                                                        
                                              100
Dedak padi                       = 20     x 13,0    = 2,28                                                          
                                             100
Bis                                     = 22     x 2,1     = 3,168                                                         
                                             100
Tepung ikan                       = 21     x 9,4     = 0,147                                                         
                                             100
Minyak Sayur                    =   2     x 100     = 2                                                               
                                             100