I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Ransum adalah susunan dari beberapa
bahan pakan dengan. perbandingan tertentu sehingga dapat memenuhi kebutuhan
gizi ternak. Jadi dengan mencampur beberapa jenis bahan pakan diharapkan
kandungan gizi ransum sesuai dengan kebutuhan gizi ayam sehingga ayam dapat
berproduksi dengan baik. Hal
terpenting yang harus diperhatikan dalam mencampur ransum adalah mengetahui
bahan mana yang harus dicampur terlebih dahulu agar hasilnya rata atau homogen.
Jika ransom dibuat dalam jumlah kecil dapat dilakukan secara manual tetapi bila
dalam jumlah besar dapat digunakan mesun pencampur atau mixer.
Bahan yang
dicampur terlebih dahulu biasanya jumlahnya sedikit bentuk fisiknya halus
seperti premix sumber mineral. Metode yang digunakan untuk menyusun
ransum ternak diantaranya adalah metode coba-coba atau trial and error
method, metode persamaan simulat, metode matriks dan metode persamaan
linear. Macam-macam metode tersebut pada prinsipnya sama, hanya
teknis penghitungannya yang berbeda.
Persamaan linear yang banyak digunakan dalam program
komputer tentunya lebih mudah dan cepat dalam menyusun ransum. Dengan metode
ini banyak pilihan bahan pakan yang dapat digunakan dalam menyusun ransum
sehingga akan didapat kombinasi bahan pakan yang mudah diperoleh di sekitar
tempat tinggal peternak, sesuai kebutuhan gizinya dan harga yang termurah.
Sebelum
menyusun formulasi ransum, terlebih dahulu harus diketahui beberapa kebutuhan
ternak. Kemudian memilih bahan makanan yang dapat memenuhi pesyaratan nutrisi
yang ekonomis.
Ransum yang banyak digunakan untuk
menyusun ransum ternak adalah metode coba-coba. Cara ini relatif mudah bila
bahan pakan yang digunakan tidak banyak jenisnya, tetapi pertimbangan harga
minimum sulit dilakukan.
1.2 Tujuan
dan manfaat
Agar pratikan belajar mencampur suatu formula ransum sesuai
dengan tujuan dan kebutuhan ternak dan mengetahui apa saja yang dipratikumkan
dan dijelaskan oleh asisten dosen, tentang bagaimana cara penyusunan ransum dan
bahan-bahan apa saja yang digunakan dalam penyususnan ransum serta persentase
pemakaian bahan pakan yang akan digunakan, dan yang terpenting adalah praktikan
mendapatkan pengalaman mencampur ransum secara manual.
Manfaatnya adalah praktikan mendapatkan pengalaman cara mencampur pakan ternak secara manual.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Dalam mencampur ransum bahan-bahan yang dalam jumlah kecil dan bertekstur
halus harus dicampur terlebih dahulu selanjutnya bahan-bahan pakan yang
berjumlah besar dicampurkan ( Nurhayati, et.al. 2008)
Dua cara dalam mencampur ransum yang
didasarkan pada jumlah ransum yang akan disusun. Dengan cara manual (jumlah
ransum sedikit) dengan mesin pencampur “mixer” (jumlah Besar). (trobus.2008).
Bungkil kedele, ampas tahu ,merupakan bahan pakan sumber
protein nabati yang lazim digunakan sebagai pakan ternak (Parrakkasi.a. 2004).
Bahan makanan yang dapt digunakan untuk menyusun ransum
dapat dibedakan menjadi bahan makanan sumber energi, bahan makanan sumber
protein, bahan makanan sumver lemak, dan minyak, feed additif, enzymes,
dan pemacu pertumbuhan (Nurhayati, 2008).
Hasil yang diperoleh dari pratikum
ini yaitu kita bisa mencampur ransum secara homogen dan mengetahui berapa
formulasi ransum yang akan disusun d.n berapa kebuthan agar mendaatkan jumlah
zat yang terdapat dalam bahan sebagai palatable. Hal ini sesuai dengan pendapat
dari Teja Kaswari (2008).
Bungkil Kelapa sawit mudah dirusak oleh jamur dan mudah
tengik, sehingga harus hati-hati dalam menyimpan, menurut pendapat dari Irfan anshory, (2007).
Pengeringan matahari merupakan proses termudah dan termurah,
tetapi juga rendah kadar proteinnya. Tepung ikan lokal yang bersumber
dari sisa industri ikan kalengan atau limbah tangkapan nelayan dan hanya
dijemur dengan panas matahari mempunyai kandungan protein kasar hanya 51-55%.
Menurut pendapat dari Parning, Mika dan
marlan, (2000)
Di Indonesia, tepung ikan ada beberapa macam baik produk
lokal maupun import dengan kualitas yang beragam. Dengan kondisi ini peternak
disarankan membeli tepung ikan dari penjual yang terpercaya dan sudah biasa
menjual tepung ikan yang baik. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Sutresna Nana ( 2005 ).
Untuk memenuhi komposisi formulasi ransum yang apabila
dikombinasikan akan mendapatkan hasil yang sempurna atau esensial
sehingga dapat memenuhi kebutuhan ternak tersebut hal ini sesuai dengan
pendapat dari Retnowati ( 2009 ).
Bahan pakan sumber energi antaralain jagung, sorghum, beras,
dedak padi, hijauan, serta minyak yang merupakan sumber energi yang berasal
dari lemak yang berbentuk cairan (Anggorodi.R, 2006).
Dedak padi atau sekam padi merupakan hasil ikutan bahan
penggiling beras yang masih bisa dimanfaat sebagai bahan pakan sumber energi
yang berbentuk bubuk (tepung) (Trobos, 2007).
Bahan-bahan pakan sumber mineral antara lain tepung tulang,
tepung kulit kerang, mineral supplement (Hendaka, et al. 2008).
Bahan-bahan sumber vitamin lebih banyak dalam bentuk teblet
atau bubuk yang diproduksi secara modern oleh indutri-iondustri bidang
peternakan (Trobos, 2008).
Bahan-bahan pemalsu pakan merupakan bahan-bahan yang
bentuk, tekstur hampir sama dengan bahan pakan yang dipalsukan akan tetapi satu
hala yang sulit untuk dipastikan yaitu bau (Parrakkasi.A. 2003).
Hijauan merupakan bahan pakan utama ternak rumanisia yang
merupakan sumber energi yang diperoleh dari pencernaan serat (Parrakkasi.A.
2007).
III.
MATERI DAN
METODA
1.1 Waktu dan tempat
Praktikum bahan pakan dan
formulasi ransum tentang mencampur ransum
dilaksanakan dilaboratorium Nutrisi dan Makanan ternak Universitas Jambi
pada hari kamis tanggal 31 mei 2012
pukul 14.00 sampai dengan selesai.
1.2 Materi
Alat yang digunakan pada praktikum Mencampur Ransum adalah
tabel kebutuhan ternak, tabel komposisi bahan makanan ternak, Sedangkan bahan
yang digunakan adalah Tepung Ikan, Dedak Padi, Minyak Sayur, Jagung
Giling, Bungkil Kelapa Sawit, dan Premiks.
1.3 Metoda
Sedangkan cara kerja dalam mencampur
ransum adalah pertama-tama kelompokkan dulu bahan-bahan makanan yang jumlahnya
sedikit dan teksturnya halus (misalnya garam, premix, dan CaCo3)
dan campurkan sampai merata.
Kemudian jika menggunakan dedak padi dan minyak sayur
maka campurkan keduanya terlebih dahulu.
Setelah itu tambahkan tepung ikan, bungkil kedele, jagung
dan bahan lainnya dan campurkan semua bahan tersebut sampai merata dan menjadi
homogen.
IV.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Setelah
praktikum Mencampur Ransum,maka didapat
hasil seperti yang dibawah ini :
Tabel Komposisi
Bahan Makanan Ternak
Bahan Pakan
|
EM(kkal/kg)
|
PK (%)
|
SK (%)
|
LK(%)
|
Jagung
Dedak
Tepung Ikan
BIS
Minyak Sayur
Premiks
|
3350
2980
2820
1525
-
-
|
8,56
12,5
60,05
19,2
-
-
|
2,2
11,4
0,7
14,4
-
-
|
3,8
13
9,4
2,1
100
-
|
Tabel di diatas menunjukan kandungan zat
bahan pakan sesuai pada table Nutrien Requirements of Poultry.
Tabel
2. Kebutuhan Ternak Ayam Broiler
Kandungan Zat Makanan
|
EM(kkal/kg)
|
PK (%)
|
LK (%)
|
SK (%)
|
Kebutuhan
|
2500 - 3200
|
22 - 24
|
6 - 9
|
5-8
|
Untuk lebih memahami bahan pakan yang
akan di formulasi ransum perhatikan tabel di bawah ini.
Tabel. 1. Formulasi ransum bahan pakan dengan mengetahuai
penggunaannya melalui metode coba-coba.
Tabel 3. Hasil Formulasi Ransum
No
|
Bahan Pakan
|
Penggunaan
|
EM(kkal/kg)
|
PK (%)
|
LK (%)
|
SK (%)
|
1
|
Jagung
|
34
|
1139
|
2,89
|
1,292
|
0,748
|
2
|
Dedak
|
20
|
596
|
2,5
|
2,6
|
2,28
|
3
|
Tepung Ikan
|
21
|
592,2
|
12,6105
|
1,974
|
0,147
|
4
|
Bungkil Inti Sawit
|
22
|
555,5
|
4,224
|
0,462
|
3,168
|
5
|
Minyak Sayur
|
2
|
-
|
-
|
2
|
-
|
6
|
Premix
|
1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
Jumlah
|
100
|
2882,7
|
22,2245
|
8,328
|
6,343
|
|
Kebutuhan
|
|
2500-3200
|
22-24
|
6-9
|
5-8
|
Untuk lebih memahami bahan pakan yang
akan di formulasi ransum perhatikan tabel di bawah ini.
Tabel Jumlah bahan pakan yang digunakan setelah dikonversikan sebanyak 5 kg.
No
|
Bahan Pakan
|
Penggunaan (%)
|
Jumlah Pemakaian
|
1
|
Jagung
|
34
|
1700
|
2
|
Dedak
|
20
|
1000
|
3
|
Tepung Ikan
|
21
|
1050
|
4
|
Bungkil Inti Sawit
|
22
|
1100
|
5
|
Minyak Sayur
|
2
|
100
|
6
|
Premix
|
1
|
50
|
|
Jumlah
|
100
|
5000
|
Hasil yang diperoleh dari pratikum
ini yaitu kita bisa mencampur ransum secara homogen dan mengetahui berapa
formulasi ransum yang akan disusun d.n berapa kebuthan agar mendaatkan jumlah
zat yang terdapat dalam bahan sebagai palatable. Hal ini sesuai dengan pendapat
dari Teja Kaswari (2008).
Yang menyatakan bahwa Ransum yang yang diformulasikan haruslah mendapat cukup
palatable agar dapat meransang nafsu makan, karena apabila ransum yang dibuat
ditolak oleh ternak maka dapat dikatakan ransum tersebut kurang baik.
Bahan yang digunakan dalam mencampur ransum terdiri dari sumber protein,
energi, dan mineral sehingga akan mempengaruhi kebutuhan tenak itu senderi.
A. Bahan Pakan Nabati
Bahan pakan nabati adalah bahan pakan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Bahan
pakan nabati ini umumnya mempunyai serat kasar tinggi, misalnya dedak dan
daun-daunan yang suka dimakan oleh ternak.
Disamping itu bahan pakan nabati banyak pula yang mempunyai kandungan protein
tinggi seperti bungkil kelapa. bungkil kedele dan bahan pakan asal
kacang-kacangan. Dan tentu saja kaya akan energi seperti jagung.
1. Dedak halus
Dedak sebagai limbah penggilingan padi banyak terdapat di Indonesia karena
Indonesia merupakan negara penghasil padi. Pada saat musim panen, dedak mudah
diperoleh dan murah harganya.
Dedak
sebagai bahan pakan ternak luas penggunaannya, dapat digunakan sebagai bahan
pakan berbagai jenis dan tipe ternak.
Dedak halus dibedakan antara dedak halus pabrik dan dedak halus kampung. Dedak
halus kampung mengandung lebih banyak serat kasar dibandingkan dedak halus
pabrik, serta kandungan proteinnya hanya 10,1 %, sedangkan dedak halus pabrik
mengandung protein 13,6%.
Sedangkan
kandungan lemaknya tinggi, sekitar 13%, demikian juga serat kasarnya kurang
lebih 12%. Oleh karena itu penggunaan dedak halus dalam pakan ternak khususnya
ayam buras sebaiknya tidak melebihi 45%. Bila beras yang sudah putih digiling
kembali, maka akan didapatkan limbah berupa bekatul dengan kandungan proteinnya
10,8%, ini dapat juga digunakan sebagai bahan pakan ayam buras.
Rice bran
( dedak padi) bagus untuk makanan ternak dan media untuk pembiakan jamur
konsumsi. Dedak padi
diperoleh dari penggilingan padi menjadi beras. Banyaknya dedak yang dihasilkan
tergantung pada cara pengolahan. Sebanyak 4% dedak kasar dan 2.5% dedak halus
dapat dihasilkan dari berat gabah kering. Dedak padi cukup disenangi
ternak. Pemakaian dedak padi dalam ransum sapi perah umumnya sampai 15% dari
campuran konsentrat. Pembatasan dilakukan karena pemakaian dedak padi dalam
jumlah besar dapat menyebabkan susahnya pengosongan bowel karena adanya sifat
pencahar pada dedak. Pemakaian dedak padi dalam jumlah besar dalam campuran
ransum dapat memungkinkan ransum tersebut mudah mengalami ketengikan selama
penyimpanan.
Gambar 2. Dedak padi (Rice bran)
Dedak padi tidak mempunyai anti nutrisi, tetapi
penggunaannya perlu dibatasi. Ada beberapa alasan tentang pembatasan penggunaan
dedak padi dalam ransum sapi perah. Pertama karena dedak padi mempunyai sifat
pencahar yang bila dipergunakan berlebih akan menyebabkan gangguan pencernaan.
Kedua karena dedak mempunyai kadar lemak relatif tinggi apabila dipergunakan
tinggi dalam ransum akan membuat ransum tidak tahan untuk disimpan. Dedak
padi mempunyai sifat pencahar yang dapat menyebabkan susahnya penggosongan perut. Bulk
density untuk dedak padi sebesar 337.2-350.7 g/l.
Dedak padi umumnya tidak tahan disimpan dan cepat menjadi
tengik. Hal ini disebabkan oleh tingginya kandungan lemak. Ketengikan ini dpaat
diakibatkan oleh enzim lipase yang dihasilkan oleh bahan itu senditri maupun
oleh mikroorganisme (jamur). Selain itu reaksi dedak dengan oksigen juga dapat
mengakibaykan ketengikan. Ketengikan akan mengakibatkan kehilangan
vitamin-vitamin yang larut dalam lemak khususnya vitamin A. melalui pengeringan
dan pemanasan pad a penggilingan dapat memperpanjang waktu daya simpan.
Pemanasan dan pengeringan serta pelarutan lemak dedak padi merupakan pengolahan
yang sering dilakukan untuk memperpanjang daya tahan dedak padi selama
penyimpanan.
2. Jagung
Jagung
sebagai pakan ayam buras sudah sejak lama digunakan. Jagung mengandung protein
agak rendah (sekitar 9,4%), tetapi kandungan energi metabolismenya tinggi.
(3430 kkal/kg). Oleh karena itu jagung merupakan sumber energi yang baik.
Kandungan serat kasarnya rendah (sekitar 2%), sehingga memungkinkan jagung
dapat digunakan dalam tingkat yang lebih tinggi. Jagung kuning mengandung
pigmen karoten yang disebut "xanthophyl". Pigmen ini memberi warna
kuning telur yang bagus dan daging yang menarik, tidak pucat.
Tanaman
jagung merupakan
tanaman pangan yang terpenting didunia selain gandum dan padi. Berdasarkan
temuan genetik, antropologi, dan arkeologi diketahui daerah asal jagung adalah
amerika tengah (meksiko bagian selatan). Klasifikasi tanaman jagung :
Kerajaan :
Plantae
Divisio :
Spermatophyta
Curah hujan ideal sekitar 85-200
mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji perlu
mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam awal musim hujan atau menjelang musim
kemarau. Membutuhkan sinar matahari, tanaman yang ternaungi, pertumbuhannya
akan terhambat dan memberikan hasil biji yang tidak optimal.
Gambar
1. Jangung (Zea mays)
Suhu optimum
antara 230 C - 300 C. Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah khusus, namun
tanah yang gembur, subur dan kaya humus akan berproduksi optimal. pH tanah
antara 5,6-7,5. Aerasi dan ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari
8 %. Daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan
pembentukan teras dahulu. Ketinggian antara 1000-1800 m dpl dengan ketinggian
optimum antara 50-600 m dpl.
3. Bungkil Kelapa Sawit
Bungkil
kelapa sawit merupakan limbah dari pembuatan minyak kelapa sawit dapat
digunakan sebagai pakan lemak. Indonesia kaya akan pohon kelapa sawit dan
banyak mendirikan pabrik minyak goreng, sehingga bungkil kelapa sawit banyak
tersedia kandungan protein cukup tinggi sekitar 21,6% dan energi metabolis
sekitar 1540 - 1745 Kkal/Kg. Tetapi bungkil kelapa sawit ini miskin akan Cysine
dan Histidin serta kandungan lemaknya tinggi sekitar 15%. Oleh karena itu penggunaan
dalam menyusun ransum tidak melebihi 20%, sedang kekurangan Cysine dan Histidin
dapat dipenuhi dari tepung itu atau Cysine buatan pabrik. Secara umum bungkil
kelapa sawit berwarna coklat, ada coklat tua ada coklat muda (coklat terang)
sebaiknya dipilih bungkil kelapa sawit yang berwarna coklat muda atau coklat
terang inilah yang kita pilih. Bungkil Kelapa sawit mudah dirusak oleh jamur
dan mudah tengik, sehingga harus hati-hati dalam menyimpan, menurut pendapat dari
Irfan anshory, (1997). Bahan
pakan yang berasal dari tumbuh- tumbuhan memiliki kadar protein dan
kadar energi yang cukup tinggi.
Dengan pemberian BIS
dan Solid dapat menghemat biaya pemeliharaan sapi, Bungkil Sawit saat ini masih
belum bisa diperoleh secara bebas di Dharmasraya, namun harganya masih lebih
hemat dibanding dedak padi, sementara itu Solid lebih gampang didapatkan karena
masih banyak terbuang di pabrik pengolah Sawit.
Gambar 4. Bungkil Inti Sawit/ BIS (Copra meal)
B. Bahan Pakan Hewani.
Bahan pakan asal hewan ini umumnya merupakan limbah
industri, sehingga sifatnya memanfaatkan limbah. Bahan pakan hewani yang biasa
digunakan adalah tepung ikan, tepung tulang, tepung udang dan tepung kerang.
Beberapa bahan pakan hewan yang lain adalah cacing, serangga, ulat dll.
Bahan-bahan pakan ini ditemukan ayam yang dipelihara secara intensif, cacing,
serangga dan lain-lain tidak diberikan. Tetapi bekicotyang banyak didapat di
musim hujan, sudah mulai diternakkan, merupakan bahan pakan alternatif yang dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan protein pada ransum ayam.
1. Tepung Ikan.
Tepung ikan merupakan bahan pakan yang sangat terkenal sebagai sumber protein
yang tinggi. Tetapi perlu diketahui bahwa kandungan gizi tepung ikan ini
berbeda, sesuai dengan jenis ikannya. Disamping jenis ikan, proses pengeringan
ikan juga mempengaruhi kualitas tepung ikan tersebut. Ada beberapa macam proses
pengeringan, yaitu pengeringan matahari, pengeringan vacum, pengeringan dengan
uap panas dan pengeringan dengan pijar api sesaat. Pengeringan matahari
merupakan proses termudah dan termurah, tetapi juga rendah kadar
proteinnya. Tepung ikan lokal yang bersumber dari sisa industri ikan kalengan
atau limbah tangkapan nelayan dan hanya dijemur dengan panas matahari mempunyai
kandungan protein kasar hanya 51-55%. Menurut pendapat dari Parning, Mika dan marlan, (2000)
menyatakan bahwa tepung ikan merupakan bahan pakan yang superior yang mempunyai
kadar protei paling tinggi dari bahan pakan lainnya.
Selain sebagai sumber protein dengan asam amino yang baik, tepung ikan juga
merupakan sumber mineral dan vitamin. Dengan kandungan gizi yang sangat baik
ini maka tak heran bila harganyapun mahal. Oleh karena itu, untuk menekan harga
ransum, pengguna tepung ikan dibatasi dibawah 8%. Di Indonesia, tepung ikan ada
beberapa macam baik produk lokal maupun import dengan kualitas yang beragam.
Dengan kondisi ini peternak disarankan membeli tepung ikan dari penjual yang
terpercaya dan sudah biasa menjual tepung ikan yang baik. Hal ini sesuai dengan
pendapat dari Sutresna Nana ( 1995 ). Yang
menyatakan bahwa Pemberian ransum pada ternak adalah untuk menyediakan bahan
makanan yang dibutuhkan ternak sehinggga dapat menghasilkan daging, susu dan
telur yang menguntungkan bagi peternak
Untuk memenuhi komposisi formulasi ransum yang apabila
dikombinasikan akan mendapatkan hasil yang sempurna atau esensial
sehingga dapat memenuhi kebutuhan ternak tersebut hal ini sesuai dengan
pendapat dari Retnowati ( 1999 ).
Formulasi ransum adalah proses dimana berbagi macam bahan bahan makanan
dikombinasikan dalam proporsi yang esensial untuk ternak dalam jumlah yang
cukup untuk memenuhi kebutuhannya sesuai dengan fase produksinya .
Tepung Ikan adalah salah satu bahan
pakan ternak yang menyediakan kebutuhan protein untuk ternak dan juga di
gunakan untuk bio sebagai pupuk, ada banyak macam jenis tepung ikan/ fish meal.
1. Tepung ikan
import
2. Tepung ikan lokal
2. Tepung ikan lokal
Gambar 3. Tepung ikan (Fish meal)
Untuk tepung ikan import main dari produksinya
kebanyakan dari daerah amerika selatan denmark dan lain-lain. sedangkan tepung
ikan lokal banyak di produksi di daerah jawa timur terutama daerah banyuwangi
(muncar), bali, manado, dan daerah di pinggir pantai di sekitar pulau jawa, bali,
sulawesi, dan Sumatra.
C.
Minyak Sayur
Minyak sayur hanya digunakan sedikit jika
kita membuat formulasi ransum. Pada praktikum formulasi ransum kali ini
penggunaan minyak sayur tidak boleh kurang dari 3%. Pada formulasi yang kami
buat penggunaan minyak sawit adalah 5%.
Gambar 5. Bungkil Inti Sawit/ BIS (Copra meal)
D.
Premix
Agar performa ternak sapi, baik sapi potong maupun sapi perah
bisa maksimal, selain keseimbangan nutrisi utama seperti protein, lemak, serat
kasar dan energi, juga perlu diperhatikan keseimbangan mineral, baik makro
maupun mikro dan juga vitamin. Kenapa? karena mineral makro dan mikro ini juga
memiliki peranan penting bagi proses metabolisme, sintesa dan degradasi di
dalam tubuh ternak.
Karena usaha ternak yang dikejar adalah produksi, maka titik
metabolik yang dikejar adalah di sintesa, baik itu sintesa jaringan otot/daging
pada sapi potong maupun sintesa cairan susu pada sapi perah. Satu misal,
peranan sulfur bagi ternak ruminansia, karena membantu proses sintesa protein
mikroba di dalam rumen, tanpa sulfur, protein mikroba tidak akan terbentuk
dengan sempurna. Jika protein mikroba tidak terbentuk, maka ini jelas akan
menjadikan loss invest dari pakan anda, terutama bahan pakan yang mengandung
NPN (Non-Protein Nitrogen).
Jika demikian, lantas premix apakah yang terbaik bagi ternak
sapi?apakah kriteria nya sama dengan premix untuk unggas atau
non-ruminan?..Agar singkat, saya akan membagikan beberapa tips bagaimana
memilih premix untuk ternak sapi.
Gambar
6. Premix
Ketahui betul jenis mineral yang esensi bagi tujuan produksi
ternak anda, misalkan untuk sapi perah. Agar produksi air susu bisa tinggi dan
stabil serta tidak mengganggu performa sapi, dibutuhkan mineral Ca dan P dalam
jumlah cukup. Maka pastikan dalam premix yang akan anda buat atau beli, harus
ada kandungan Ca dan P yang cukup. kalau perlu, anda lakukan uji laboratorium
ke kampus seperti IPB, UGM dan Univ.Brawijaya.
V.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum Formulasi Ransum dan Mencampur Ransum dapat
disimpulkan bahwa dalam pencampuran ransum bahan-bahan yang terlebih dahulu dicampurkan
adalah bahan yang halus/ kecil harus dicampur terlebih dahulu hingga homogen
maka selanjutnya bahan – bahan yang berjumlah lebih besar. Adapun metode yang
digunakan dalam menyusun ransum ini antara lain yaitu metode trial and error
method. Sedangkan di dalam mencampur ransum itu sendiri dapat menggunakan
sumber protein, sumber energi, sumber mineral dan sumber yang lainnnya yang
dapat menunjang terbentuknya ransum.
Hasil yang diperoleh dari pratikum
ini yaitu kita bisa mencampur ransum secara homogen dan mengetahui berapa
formulasi ransum yang akan disusun d.n berapa kebuthan agar mendaatkan jumlah
zat yang terdapat dalam bahan sebagai palatable. Yang menyatakan bahwa Ransum
yang yang diformulasikan haruslah mendapat cukup palatable agar dapat meransang
nafsu makan, karena apabila ransum yang dibuat ditolak oleh ternak maka dapat
dikatakan ransum tersebut kurang baik.
5.2 Saran
Untuk para praktikan yang
lainnya agar dapat lebih meningkatkan disiplin lagi sehingga dalam praktikum
kita akan cepat selesai dan dapat menjaga peralatan laboratorium yang telah ada
sehingga dapat digunakan lagi untuk masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi.
R. 2007. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gadjah Mada University Press. Jogjakarta.
Anshory Irfan , 2007.
Bahan Pakan dan Formulasi Ransum.
Jakarta : Erlangga.
Kaswari.
T. 2008. Diktat Nutrisi Ternak dasar. Fakultas Peternakan Universitas Jambi.
Jambi.
Nurhayati,
et.al. 2008. Nutrisi Ternak Unggas. Fapet UNJA. Jambi.
Parning, Mika, Marlan, (2000). Penuntun
Belajar Bahan Pakan dan Formulasi Ransum.
Jakarta : Yudistira.
Parrakkasi.a.
2007. Ilmu Gizi dan Makanan Ternak. Penerbit Angkasa. Bandung.
Sutresna, Nana. 2005. Kimia 2. Ganeca Exact.
Bandung.
Trobos.
2007. Pasar Menganga Bibit Langka. PT. PWI. Jakarta.
Trobos.
2008. Tuna Budidaya Jepang Mengancam. PT. PWI. Jakarta.
LAMPIRAN
Konversi
pengunaan ransumnya adalah hasil penjumlahan Jagung, Dedak, Tepung Ikan, BIS,
Minyak Sayur dan Premix, dengan menggunakan berat (ukuran) 5000 gr diperolehlah hasilnya sebagai berikut:
Perhitungan dalam pencampuran
ransum
Ø Jagung
34% = 5000 = 1700 gr
Ø Dedak
20% = 5000 = 1000 gr
Ø Tepung
Ikan 21% = 5000 = 1050 gr
Ø BIS
22% = 5000 = 1100 gr
Ø Minyak
Sayur 2% = 5000 = 100 ml
Ø Premix
1% = 5000 = 50 gr
Perhitungan formulasi ransum
Energi metabolisme (EM)
Jagung =
34 x 3350 =
1139
100
100
Dedak padi = 20 x 2980
= 596
100
100
Bis =
22 x 1525 = 555,5
100
100
Tepung ikan =
21 x 2820 = 592,2
100
100
Protein Kasar
Jagung =
34 x 8,5 =
2,89
100
100
Dedak padi = 20 x 12,5
= 2,5
100
100
Bis =
22 x 19,2 = 4,224
100
100
Tepung ikan =
21 x 60,05 = 12,6105
100
100
Serat Kasar
Jagung =
34 x 2,2 =
0,748
100
100
Dedak padi = 20 x 11,4
= 2,28
100
100
Bis =
22 x 14,4 = 3,168
100
100
Tepung ikan =
21 x 0,7 = 0,147
100
100
Lemak Kasar
Jagung =
34 x 3,8 = 0,748
100
100
Dedak padi = 20 x 13,0
= 2,28
100
100
Bis =
22 x 2,1 = 3,168
100
100
Tepung ikan =
21 x 9,4 = 0,147
100
100
Minyak Sayur = 2
x 100 = 2
100
100