PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Satu metode
untuk memurnikan zat cair adalah destilasi. Metode ini memanfaatkan perbedaan
titik didih masing-masing komponen. Penurunan tekanan luar menyebakan larutan
akan mendidih pada temperatur lebih rendah. Pemanasan zat cair menyebabkan
molekul memasuki fase uap. Destilasi ada dua macam, yaitu distilasi sederhana
dan distilasi bertingkat. Filtrasi adalah proses pemisahan padatan dari cairan
dengan menggunakan bahan berpori yang hanya dapat dilalui oleh cairan. Sublimasi
adalah proses pemurnian suatu zat dengan jalan memanaskan campuran, sehingga
dihasilkan sublimat. Ketika iod dipanaskan tidak menguap, sedangkan komponen
yang lain tidak. Kristalisasi cara ini berdasarkan perbedaan larutan dari
komponen campuran dalam pelarut tertentu.
Kromatografi
adalah sautu teknik pemisahan dan pengidentifikasian campuran berdasarkan
perbedaan suatu kecepatan perambatan komponen dalam medium tertentu dan pada
kromatografi, komponen-komponennya akan dipisahkan antara dua fase yaitu fase
diam dan fase gerak. Kertas kromatografi dibuat dari serat selulosa danselulosa
merupakan polimer dari gula sederhana, yaitu glukosa. Kompleksitas tmbul karena
serat-serat selulosa berantraksi dengan uap air dari atmosfir sebagaimana dalam
hal air yang timbul pada saat pembuatan kertas.
Stoikiometri
berkaitan dengan hubungan kuantitatif antara unsur dalam suatu senyawa dan
antar zat dalam suatu reaksi,pengetahuan tentang masa atom dan masa molekul dan
mempunyai peranan yang sangat penting dalam pengembangan suatu ekperimen maupun
dalam suatu perindustrian, dimana kita dapat mencampurkan zat pereaksi dalam
jumlah yang sesuai serta dapat memperkirakan jumlah yang sangat besar.
Faktor yang
mempengaruhi laju reaksi adalah konsentrasi, partikel temperatur dan katalis.
Katalisator adalah zat yang ditambahkan ke dalam suatu reaksi dengan maksud
memperbesar kecepatan reaksi. Fungsi katalis adalah memperbesar kecepatan
reaksi dengan jalan memperkecil energi pengaktifan suatu reaksi dan dibentuknya
tahap-tahap reaksi baru.
Titrasi Oksidasi reduksi
(redoks),merupakan bagian terbesar dari analisis volumetri karena metoda ini
dapat digunakan untuk sejumlah besar unsur. Selain itu metoda ini digunakan
juga untuk menentukan sejumlah zat organic.
Buret
dibuat dari kaca panjang dengan garis skala yang ditera secara teliti. Di ujung
bawah terdapat sebuah kran untuk mengaliri aliran cairan yang akan dikeluarkan.
Alat ini digunakan untuk memperoleh volum suatu cairan secara teliti dalam
ukuran kecil.
Tujuan
dan Manfaat
Untuk mengetahui tentang zat-zat dan cara untuk pemisahan dan pemurnian,
kromatografi, stoikiometri, faktor-faktor yang memperngaruhi laju reaksi dan
titrasi oksidasi dan reduksi. Sehingga kita mendapat ilmu yang bermanfaat
dimana sebelumnya kita belum mengetahui tentang semua yang tertera diatas dan
karna berkat pratikum ini kami sudah mengetahui bagaimana bentuk zat dan reaksi
dari paraktikum tersebut.
TINJAUAN
PUSTAKA
Pemisahan
dan Pemurnian
Kristalisasi
merupakan salah satu cara pemurnian zat padat yang jamak digunakan, dimana zat
tersebut atau zat pada tersebut dilarutkan dalam suatu pelarut. Cara ini
bergantung pada kelarutan pada kelarutan
zat dalam pelarut tertentu dikala suhu diperbesar. Karena konsentrasi
total impuriti biasanya lebih kecil dari konsentrasi zat yang dimurnikan, bila
dingin, maka konsentrasi impuriti yang rendah tetapi dalam larutan sementara
produk yang berkonsentrasi tinggi akan mengendap (Arsyad, 2001).
Garam
dapur dan natrium klorida atau NaCL. Zat padat berwarna putih yang dapat
diperoleh dengan menguapkan dan memurnikan air laut. Juga dapat dengan
netralisasi HCL dengan NaOH berair. NaCL nyaris tak dapat larut dalam alkohol,
tetapi laru t dalam air sambil menyedot panas, perubahan kelarutan sangat kecil
dengan suhu. (Arsyad, 2001).
Ada
beberapa cara pemisahan campuran : filtrasi pemisahan zat padat dari cairan
melalui saringan yang berpori. Kristalisasi pemisahan untuk memperoleh zat
padat yang larut dalam cairan. Terbagi 2 yaitu : penguapan dan pendinginan.
Destilasi cara memperleh cairan yang dikotori zat terlarut dan becampur dengan
cairan lain yang titik didihnya berbeda. (Ronald sitorus, 2002).
Zat
padat umumnya mempunyai titik lebur yang tajam, sedangkan zat padat amorf akan
melunak dan kemudian melebur dalam rentangan suhu yang besar. Partikel zat
padat amorf sulit dipelajari karena tidak teratur. Oleh sebab itu, permbahasan
zat padat hanya membicarakan kristal. (Syukri, 2000).
Kemudahan
suatu endapan dapat disaring dan dicuci tergantung sebagian besar pada struktur
morfologi endapan, yaitu bentuk dan ukuran-ukuran kristalnya. Semakin besar
kriistal-kristal yang terbentuk selama berlangsung pengendapan, makin mudah
mereka dapat disaring dan mungkin sekali makin cepat kristal itu akan turun
keluar dari larutan yang lagi-lagi akan membantu penyaringan. (Svehla, 2000).
Kristalisasi merupakan metode pemisahan
untuk memperoleh zat padat yang terlarut dalam suatu larutan. Dasar metode ini
adalah kelarutan bahan dalam suatu pelarut dan perbedaan titik beku. Kristalisasi
ada dua cara yaitu kristalisasi penguapan dan kristalisasi pendinginan (Nisa
halimah.2009).
Stoikiometri
Thomas (2005),
menyatakan bahwa stoikiometri dari suatu senyawa dapat memperlajari dalam
kinetika kimia.
Michael Purba
(2005) menyatakan bahwa stoikiometri adalah pengetahuan tentang masa atom dan
masa molekul.
J.A Hunt (2004),
menyatakan bahwa stoikiometri dari suatu senyawa dinyatakan dalam rumus kimia.
Sudjiwo (2007),
menyatakan bahwa perubahan temperatur pada stoikiometri dapat dihitung dengan
suhu akhir dikurang suhu awal.
Penicum aracis
(2002),menyatakan stoikiometri ialah salah satu cabang ilmu kimia yang
mempelajari hubungan dan komposisi-komposisi dari suatu zat dan nilainya.
Stokes B.J
(2004), menyatakan bahwa stoikiometri mempunyai peranan sangat penting dalam
pengembangan suatu eksperimen maupun dalam suatu perindustrian, dimana kita
dapat mencampurkan zat pereaksi dalam jumlah yang sesuai serta dapat
memperkirakan jumlah yang sangat besar.
Kromatografi
(Joko, 2008:157) menyatakan bahwa
semakin bannyak tinta yang diteteskan , maka semakin lebar pula resapan
tintanya. Dan penetesan tintanya jangan terlalu banyak akan mengakibatkan
melebarnya tinta warna yang sangat banyak.
(fransisco, 2004) berpendapat bahwa Semakin tinggi volume larutan NaOH semakin rendah
temperature yang dihasilkan dan Semakin
rendah volume larutan NaOH, maka semakin tinggi temperature yang dihasilkan
Metode kromatografi merupakan suatu teknik pemisahan
secara fisika yang menggunakan dua fase yaitu fase diam dan fase gerak.
Pemisahan ini terjadi karena adanya perbedaan migrasi yang disebabkan oleh beda
koefisien distribusi dari masing-masing komponen. Salah satunya merupakan
lapisan stasioner (fase diam) dengan permukaan yang luas dan fase yang lain
berupa zat alir (fluida) yang mengalir lambat menembus sepanjang lapisan
stasioner.
(annisa 2000 : 117)
(Riccard, 2006:980) Semakin tinggi volume asam maka suhu semakin rendah,
Semakin rendah volume asam maka suhu semakin tinggi, begitu pula sebaliknya dengan
basa. (sama dengan hasil penelitian yang kami lakukan).
(Rassy,2004:367)stoikiometri (kadang disebut stoikiometri reaksi untuk
membedakannya dari stoikiometri komposisi) adalah ilmu yang mempelajari dan
menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia.
membedakannya dari stoikiometri komposisi) adalah ilmu yang mempelajari dan
menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia.
Metode kromatografi merupakan suatu teknik pemisahan
secara fisika yang menggunakan dua fase yaitu fase diam dan fase gerak.
Pemisahan ini terjadi karena adanya perbedaan migrasi yang disebabkan oleh beda
koefisien distribusi dari masing-masing komponen. Salah satunya merupakan
lapisan stasioner (fase diam) dengan permukaan yang luas dan fase yang lain
berupa zat alir (fluida) yang mengalir lambat menembus sepanjang lapisan
stasioner.
(annisa 2000 : 117)
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
Aswad (2001) mengatakan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
adalah benda-benda yang mempengaruhi konsentrasi, besar partikel dan
temperatur atas laju reaksi.
Bird (2000) mengatakan bahwa
kecepatan reaksi tergantung pada ion yang mengandung asam dan dengan adanya
natrium tiousulfat maka akan membebaskan iodium telah diasamkan dengan asam
sulfat.
Konnaso (2001) mengatakan,
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah pengaruh konsentrasi,
pengaruh besar partikel atas laju reaksi, pengaruh temperatur atas laju reaksi,
pada temperatur-temperatur atas laju reaksi ini tergantung pada zat-zat
pereaksi.
Sahma (2001) mengatakan bahwa
laju pertumbuhan butir seng merupakan faktor lain yang mempengaruhi ukuran
balon yang akan mengalami pengembangan yang sangat cepat karena dipengaruhi
oleh larutan asam klorida dan butiran seng.
Whiskia (2003) mengatakan,
bahwa salah satu metode penentu orde reaksi menurut waktu atau reaksi awal dari
sederet percobaan. Metode membutuhkan pemetaan yang tepat dari fungsi
konsentrasi pereaksi antara waktu yang diperlukan dipergunakan untuk
mendapatkan hasil yang tepat.
Sebelum pereaksi terlibat dalam suatu
reaksi kimia mereka harus mengadakan kontak lebih dahulu satu sama lain.
Terkadang kontak seperti ini cukup untuk memulai reaksi secara spontan.
Meskipun demikian dalam banyak kasus di perlukan sumber energi dari luar untuk
memenuhi terjadinya reaksi, yaitu untuk menyediakan energi aktivitas reaksi.
Magnesium misalnya harus dipanaskan sampai temperaturenya naik terlebih dahulu
sebelum bereaksi dengan oksigen dari udara. Sekali reaksi terjadi, reaksinya
akan cepat sekali dan menghasilkan banyak panas (Krisbiyanto : 2008).
Titrasi oksidasi dan reduksi
Pada proses titrasi ini digunakan suatu indikator yaitu suatu
zat yg ditambahkan sampai seluruh reaksi selesai yg dinyatakan dgn perubahan
warna. Perubahan warna menandakan telah tercapainya titik akhir titrasi (Brady, 2009).
Larutan
basa yg akan diteteskan (titran) dimasukkan ke dalam buret (pipa panjang
berskala) & jumlah yg terpakai dpt diketahui dari tinggi sebelum &
sesudah titrasi.
Larutan asam yang dititrasi dimasukkan kedalam gelas kimia (erlenmeyer) dg
mengukur volumenya terlebih dahulu dg memakai pipet gondok. Untuk mengamati
titik ekivalen, dipakai indikator yang warnanya disekitar titik
ekivalen. Dlm titrasi yg diamati adalah titik akhir bukan titik ekivalen
(syukri, 2009).
Suatu proses didlm laboratorium utk mengukur jumlah suatu reaktan
yg bereaksi sempurna dgn sejumlah reaktan lainnya, dimana reaktan pertama
ditambahkan secara kontinu ke dlm reaktan kedua disebut titrasi.
Reaktan yang ditambahkan tadi disebut sebagai titrant dan reaktan yang
ditambahkan titrant kedalamnya disebut titree.(Thomas,2003)
Didalam beberapa titrasi, titik ekivalen adalah titik selama
proses titrasi dimana tepatnya titrant telah cukup ditambahkan untuk bereaksi
dengan titree.Salah satu masalah teknis dalam titrasi adalah titik dimana suatu
perubahan dapat diamati, terjadi yang untuk mengindikasikan pendekatan yang
paling baik ke titik ekivalen. (Kuncoro, 2001)
Secara ideal, titik akhir dan titik ekivalen seharusnya identik,
tetapi dalam prakteknya jarang sekali ada orang yang mampu membuat kedua titik
tersebut tepat sama, meskipun ada beberapa hal dimana perbedaan antara kedua
hal tersebut dapat diabaikan (Snyder, 2006).
Titrasi biasanya merupakan larutan elektrolit kuat seperti
NaOH dan HCl yg diperlukan utk bereaksi sempurna oleh zat yang dianalisis yang
disebut sebagai titik ekivalen. Perbedaan titik akhir dan titik ekivalen
disebut sebagai kesalahan titik akhir. Kesalahan titk akhir adalah kesalahan
acak yang berbeda ntuk setiap sistem. Kesalahan ini bersifat aditif dan
determinan dan nilainya dapat dihitung. Dengan menggunakan metode potensiometri dan
konduktometri, kesalahan titik akhir ditekan sampai nol (Rivai, 2005).
MATERI
DAN METODA
Waktu
dan Tempat
Praktikum Kimia
dasar dilaksanakan mulai dari tanggal 27 Oktober sampai tanggal 8 Desembar
20011 dari jam 07.45 sampai dengan selesai di Laboratorium MIPA Universitas
Jambi.
Materi
Pemisahan
dan Pemurnian
Materi yang di
gunakan dalam praktikum Kimia dasar a Pemisahan dan Pemurnian adalah.
Alat dan Zat
yang di gunakan dalam praktikum
-Kertas saring -CuSO4.5HzO
-Garam dapur -Yod
-Kapur tulis -Pasir
-Gelas Kimia -Coron
-Cawan penguap -Gela ukur 50
mL
-Pembakar -Kaca
erloji
Kromatografi dan stoikiometri
Pada pratikum ini menggunakan alat dan
zat yaitu : kertas kromatografi, gelas kimia, lidi, tinta biru, merah, hitam,
gelas penagaduk, termometer, larutan CuSO4 larutan NaOH, larutan HCL dan
larutan H2SO4.
Fator-faktor yang mempengaruhi laju
reaksi
Dalam praktikum
ini alat dan bahan yang digunakan yaitu : Pada kegiatan 1, labu 250 ml 3 buah,
tabung ukur 100 ml, larutan natrium tiosulfat 1 M, dan asam klorida 5 M. P ada
kegiatan 2, batang gelas, gelas kimia 100 ml, mortar, kalium iodida, merkuri
klorida. Pada kegiatan terakhir yaitu, pipet tetes 3 buah, gelas kimia 150 ml,
tabung ukur 25 ml, tabung reaksi kecil, penjepit tabung reaksi, rak tabung
reksi, stopwatch, larutan asam oksalat 0,05 M, kalium permanganat 0,01 M, asam
sulfat 0,5 M.
Titrasi oksidasi dan reduksi
Pada praktikum ini alat dan zat yang
digunakan adalah pipet 25 ml, buret 50 ml, labu titrasi 250 ml, labu takar,
larutan asam oksalat, Larutan KmnO4, dan pembakar.
Metoda
Pemisahan
dan pemurnian
Memasukkan lebih
kurang 1 sendok pasir ke dalam gelas kimia yang telah berisi air, kemudian di
aduk.biarkan pasir mengendap ,kemudian tuangkan larutan bagian atas.
Memasukkan bubuk
kapur tulis ke dalam gelas kimia, kemudian di aduk.siapkan corong dan kertas
saring, lalu lakukan penyaringan.
Larutkan garam dapur dalam gelas
kimia yang berisi air, kemudian larutkan garam ini disaring dengan menggunakan
kertas saring.uapkan larutan garam yang telah di saring ini dalam cawan
penguapan.
Larutkan
10 gram garam CuSo4.5H2O ke dalam 50 ml air.uapkan larutan ini sehingga volum
menjadi 20 ml, keudian di dingin kan .perhatikan bentuk Kristal yang terjadi.
Campurkanlah
lebih kurang 1 sendok pasir ke dalam gelas kimia dan 1 sendok garam dapur
sampai homogen, dan masukkan ke dalam gelas kimia.panaskan campuran ini
kemudian saring.zat padat yang tertinggal di corong di cuci dua sampai tiga
kali dangan lebih kurang 5 ml air.air saringan dan cucian di satukan kemudian
di uapkan dalam cawan penguapan . jika air nya hamper habis, handak nya
pembakar di sisih kan sebentar dan biarkan air menguap sendiri.
Memasukkan lebih
kurang 2 gram yod yang kotor ke dalam cawan penguapan.tutup cawan penguapan
terbentuk zat padat pada alat kaca erloji. Sesudah di dinginkan kumpulkan
Kristal-kristal tersebut.pehatikan bentuk Kristal yang terbentuk tersebut
dengan kaca erloji yang berisi air.panaskan perlahan-lahan sampai terbentuk zat
padat pada alat kaca erloji. Sesudah di dinginkan kumpulkan Kristal-kristal
tersebut.pehatikan bentuk Kristal yang terbentuk.
Kromatografi
Pertama, buatlah garis dengan pensil 1
cm dari ujung bawah keatas. Kromatografi (kertas saring)
Kedua,
buat titik dengan tinta hijau di tengah garis.
Ketiga,
buat titik dengan tinta lain di sebelah kiri dan disebelah kanan titik hijau
pada jarak 2cm. biarkan sampai kering
Keempat,
gulung kertas berbentuk silinder
Kelima,
tempatkan kertas dalam gelas kimia yang berisi air setinggi 1cm, sehingga ujung
kertas tercelup dalam air (jaga sehingga titik tersebut agar tidak tercelup
dalam air)
Keenam,
biarkan air merambat ke bagian atas kertas. Zat warna dalam tinta akan ikut
merambat naik.
Ketujuh,
jika air sudah merambat mendekati ujung kertas, keluarkan kertas. Beri batas
rambat air.
V
Kedelapan,
perhatikan noda-noda zat warna dalam tinta. Biarkan kertas saring menjadi
kering.
Kesembilan,
ukur jarak batas air dan jarak tiap noda zat warna, dari garis pensil pada
ujung bawah keatas.
Kesepuluh,
hitung harga perbandingan kedua jarak =
Kesebelas, buat kromatograf dari titik
tinta yang tidak dikenal, misalnya campuran dua macam tinta.
Stoikiometri :
Pertama
, stoikiometri system CuSO4 –
NaOH.
Gunakan larutan CuSO4 1 m dan NaOH 2 m.
masukan 40 ml NaOH kedalam gelas kimia dan catat temperaturnya.
Sementara aduk, tambahkan 10 ml CuSO4
yang diketahui temperature awal dan amati temperature dari campuran.
Ulangi percobaan, menggunakan 20 ml NaOH
dan 30 ml CuSO4, sekali lagi menggunakan 10 ml Naoh dan 40 ml CuSO4, akhirnya
menggunakan 30 ml NaOH dan 20 ml CuSO4.
Kedua,
stoikiometri asam-basa.
Kedalam 5 buah gelas piala masukkan
berturut-turut 5,10, 15, 20 dan 25 ml larutan NaOH, dan kedalam 5 buah gelas
piala berturut-turut 5,10,15,20,25 Hcl.
Temperature dari tiap tiap larutan
diukur, dicatat, kemudian dirata-ratakan.
Setelah itu kedua macam larutan
asam-basa ini selalu tetep yaitu 30 ml.
Perubahan temperature yang terjadi
selama pencampuran dicatat sebagai temperature akhir,
Selanjutnya,
buat grafik antara (sumbu Y) dan
volume asam-basa (sumbu X)
Lakukan percobaan yang sama terhadap
campuran NaOH dan H2SO4. Perbedaan
apakah yang mungkin terdapat jika dibandingkan terhadap percobaan sebelumnya
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
Pada kegiatan 1
reaksi antara natrium tiosulfat dan asam klorida yaitu :Yang pertama tuangkan
ke dalam masing – masing labu yang ditandai A, B, dan C 25 ml natrium tiosulfat
1 M.
Lalu ke
dalam B, C tambahkan berturut – turut 25 ml, 50 ml air dan guncangkan labu –
labu itu, agar terjadi pencampuran yang sempurna.
Langkah yang
ketiga yaitu bubuhkan 10 ml asam klorida 5 M pada labu A dan kocok labu itu
jalankan stopwatch tepat pada saat larutan asam klorida dituangkan dan hentiksn
stopwatch itu tepat pada saat kekeruhan timbul.Lakukan hal yang sama pada labu
B dan C.
Kemudian
bandingkan kecepatan pembebasan belerang itu dan terangkan hasil – hasil yang
tercapai itu. Catat semua hasil percobaan pada lembaran pengamatan.
Pada kegiatan 2 reaksi
antara kalium iodida dan merkuri klorida yaitu :
Yang pertama
taruh kira – kira 2 gr masing – masing dari kalium dan merkuri klorida dalam
gelas kimia dan amati perubahan yang terjadi.
Aduk campuran
itu dengan batang gelas, mula – mula secara perlahan- lahan, kemudian kuat sekali, dan akhirnya tambahkan air 1 ml.
Catat semua pengamatan pada lembara pengamatan.
Sekarang gerus
dahulu kedua zat itu secara terpisah dan campurkan dalam gelas kimia. Aduk
dengan batang gelas dan amati apa yang terjadi. Catat semua pengamatan pada
lembaran pengamatan.
Pada kegiatan 3 reaksi antara kalium permanganat dan
asam oksalat yaitu :
Yang pertama
encerkan 50 tetes larutan asam oksalat dengan air hingga menjadi 25 ml (
Larutan A ). Lakukan hal yang sama dengan larutan permanganate ( Larutan B ).
Kemudian dalam
suatu tabung reaksi kecil bubuhkan kepada 2 tetes larutan A, 2 tetes larutan
asam sulfat 0,5 M dan 1 tetes larutan B. Jalankan stopwatch ketika tetes
terakhir ini ditambahkan. Ukur waktu yang diperlukan agar warna larutan hilang.
Lalu panaskan
tabung reaksi yang mengandung 2 tetes larutan A dan 2 tetes larutan asam sulfat
0,5 M dalam air mendidih selama 10 detik. Kemudian tambahakan 1 tetes larutan B, dan catat waktu yang
diperlukan agar warna kalium permanganat itu hilang. Dan terangkan hasil –
hasil yang didapat itu, dalam lembara pengamatan.
Titrasi okidasi dan reduksi
Pipet 15 ml
larutan asam osalat standar kedalam labu titrasi, tambahkan 30 ml air dan
tambahkan 6 ml H2SO4 2 M, panaskan sampai hampir mendidih, titrasi dengan
larutan Kmno4 sehingga terjadi perubahan warna perhatikan pada awal titrasi
warna KMnO4 tidak segera hilang.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Pemisahan
dan Pemurnian
Hasil
percobaan pertama sebelum dicampurkan pasir dan air berwarna bening. Setelah
dicampur dan diaduk rata warna airnya menjadi keruh dan pasirnya mengendap
dibagian bawah. Ini memakai cara dekantasi terjadinya pemisaha yang jelas
Setelah bubuk kapur tulis dilarutkan
dalam air, yang terjadi kapur tidak melarut, Setelah disaring dengan kertas
penyaring, kapur tulis berubah warna menjadi bening yang tadinya berwarna.
Setelah garam dapur dilarutkan
kedalam air yang terjadi garam larut dalam air, dan warna air tersebut berubah
menjadi bening dan terjadi penguapan pada kaca erloji. Garam dapur atau natrium
klorida atau NaCl. Zat padat berwarna putih yang dapat diperoleh dengan
menguapkan dan memurnikan air laut. Juga dapat dengan netralisasi HCl dengan
NaOH berair. NaCL nyaris tak dapat larut dalam alkohol, tetapi larut dalam air
sambil menyedot panas, perubahan kelarutannya sangat kecil dengan suhu. Garam
normal; suatu garam yang tak mengandung hidrogen atau gugus hidroksida yang
dapat digusur. Larutan-larutan berair dari garam normal tidak selalu netral
terhadap indikator semisal lakmus. Garam rangkap; garam yang terbentuk lewat
kristalisasi dari larutan campuran sejumlah ekivalen dua atau lebih garam
tertentu. Misalnya: FeSO4(NH4)2SO4.6H2O
dan K2SO4Al2(SO4)3.24H2O.
Dalam larutan, garam ini merupakan campuran rupa-rupa ion sederhana yang akan
mengion jika dilarutkan lagi. Jadi, jelas berbeda dengan garam kompleks yang
menghasilkan ion-ion kompleks dalam larutan (Arsyad, 2001).
Setelah garam CuSO4 . 5H2O dilarutkan
kemudian dipanaskan, setelah volumenya berkurang sebagian. Kemudian
didinginkan, setelah larutan itu dingin terlihat kristal2 disekeliling cawan
yang halus dan bewarna putih. Kristalisasi merupakan metode pemisahan untuk
memperoleh zat padat yang terlarut dalam suatu larutan. Dasar metode ini adalah
kelarutan bahan dalam suatu pelarut dan perbedaan titik beku. Kristalisasi ada
dua cara yaitu kristalisasi penguapan dan kristalisasi pendinginan (Nisa
halimah.2009).
Setelah garam
dapur dan pasir dicampurkan ,kemudian dipanaskan dan disaring, warna cairan tersebut berubah
menjadi kuning, dan setelah didinginkan cairan tersebut membentuk
Kristal-kristal.
Syarat utama tebentuknya Kristal daru suatu larutan adalah larutan induk harus
dibuat dalam kondisi lewat jenuh. Kondisi lewat jenuh dalah kondisi dimana
pelarut mengandung zat terlarut melebihi kemampuan pelarut tersebut untuk
melarutkan zat terlarut pad suhu tetap (Fessenden,2002).
Setelah yod dicampur dengan pasir
dan dipanaskan serta ditutup dengan kaca erloji yang diberi sedikit air pada
bagian atasnya. Beberapa menit kemudian yod menguap pada kaca erloji dan
memebentuk zat padat (Kristal-kristal)pada bagian kaca.
Kromatografi
Setelah dilakukan percobaan sesuai
dengan tahap yang ada pada diktat, maka dapat diperoleh hasil dimana jarak
antara batas air sebesar 6 cm, noda biru sebesar 1,8 cm, jarak batas air
sebesar 6 cm dan noda merah yaitu 1,4 cm, jarak batas air 6 cm dan noda hitam
sebesar 1,6 cm.
(fransisco, 2004) berpendapat bahwa Semakin tinggi volume larutan NaOH semakin rendah
temperature yang dihasilkan dan Semakin
rendah volume larutan NaOH, maka semakin tinggi temperature yang dihasilkan. Semakin bannyak tinta yang diteteskan ,
maka semakin lebar pula resapan tintanya. Dan penetesan tintanya jangan terlalu
banyak akan mengakibatkan melebarnya tinta warna yang sangat banyak
Dari hasil yang diperoleh dari praktek
dapat diketahui perhitungan sebagai berikut
dik : jarak air biru 6 cm,
jarak air merah 6cm, jarak air hitam 6 cm, jarak noda biru 1,8, jarak noda
merah 1,4 jarak noda hijau 1,6 cm.
Dit :
Perbandingan kedua jarak
Penyelesaian : biru = 0,3 cm merah = 0,26 cm Hijau = 0,23 cm.
Jadi kesimpulannya, dari hasil percobaan
bahwa jarak dari air pada tiap zat warna tidak sama dan juga jarak noda yang
ikut merambat naik juga tidak ada yang sama. Selain itu dapat disimpulkan pula
bahwa warna dari tinta yang merambat lebih muda dari warna tinta yang pertama
kali diteteskan pada kertas.
Stoikiometri
Pengamatan Stoikiometri CuSO4 – NaOH
NaOH
– CuSO4
Ml Ml
|
TM
|
TA
|
∆T
|
8 5
7 6
6 7
5 8
|
27 + 28 = 55 : 2 = 27,5
27 + 27 = 54 : 2 = 27
27 + 26,5 = 53,5 : 2 = 26,75
27 + 26,5 = 53,5 : 2 = 26,75
|
30
31
30
31
|
2,5
4
3,25
4,25
|
Grafik pengamatan Stoikiometri
∆T
y
5
4,25
4 4
3
3,25
2
2,5
1
x
5 6
7 8 CuSO4
8 7 6 5
NaOH
Stoikiometri Asam – Basa
a. NaOH – HCL
NaOH
– HCL
Ml Ml
|
TM
|
TA
|
∆T
|
8 5
7 6
6 7
5 8
|
29,5
29,75
29,5
|
48
48
36
|
18,5
18,25
6,5
|
Kesimpulan
Stoikiometri CuSO4
Semakin tinggi volume larutan NaOH semakin rendah
temperatur yang dihasilkan dan semakin rendah volume larutan NaOH, maka semakin
tinggi temperatur yang dihasilkan.
Stoikiometri NaOH – HCL
Semakin tinggi volume asam Maka suhu semakin rendah,
semakin rendah volume asam maka suhu semakin tinggi dan semakin tinggi basa,
maka suhu rendah.
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Laju Reaksi
Percobaan
pertama tuangkan kedalam 3 labu ukuran 25 ml natrium tiosulfat, lalu dicampur
dengan HCL dan air, maka waktu yang diperlukan untuk terjadinya reaksi atau
perubahan warna akan berbeda-beda tergantung pada kosentrasi ke tiga campuran.
Dan tidak terjadi reaksi antara tidak ada kosentrasi. Seperti pada tabel
berikut :
Labu
|
Larutan
|
Waktu
(sekon)
|
A
|
10
ml HCL
|
23,00
sekon
|
B
|
25
ml Air + 10 ml HCL
|
25,51
sekon
|
C
|
50
ml Air + 10 ml HCL
|
59,80
sekon
|
Jadi
kesimpulannya yaitu : semakin besar molar suatu zat, semakin cepat laju reaksi
terjadi. Bird (2000) mengatakan, bahwa kecepatan reaksi tergantung pada ion
yang mengandung asam dan dengan adanya natrium tiosulfat maka akan membebaskan
iodium telah diasamkan dengan asam sulfat.
Pada
percobaan kedua antara kalium iodida dengan merkuri klorida terjadi perubahan
warna orange setelah dicampur dan diaduk secara perlahan, kemudian diaduk
dengan kuat sekali sehingga warna menjadi warna orange yang merata dan ditambah
1 ml air, maka partikel mengecil sehingga warnanya menjadi orange pekat.
Katalisator adalah zat yang ditambah ke dalam suatu reaksi dengan maksud
memperbesar kecepatan reaksi. Fungsi katalis adalah memperbesar kecepatan
reaksi dengan jalan memperkecil energi pengaktifan suatu reaksi dan dibentuk
tahap-tahap reaksi baru.
Pada percobaan
ketiga antara kalium permanganat dan asam oksalat
Tabung
|
Temperatur
|
Waktu
(menit)
|
1
|
Dipanaskan
|
27,74 detik
|
2
|
Tidak
dipanaskan
|
2 menit 15
detik
|
Jadi,
kesimpulannya yaitu : semakin besar temperatur yang diberikan, maka semakin
cepat laju reaksi yang berlangsung. Dan juga semakin besar molaritas, maka
semakin cepat konsentrasinya. Konnaso (2000) mengatakan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi laju reaksi adalah pengaruh konsentrasi, pengaruh besar
partikel atas laju reaksi, pengaruh temperatur atas laju reaksi pada temperatur
atas laju reaksi reaksi ini tergantung pada zat-zat pereaksi. Whiskia (2004)
mengatakan bahwa salah satu metode penentuan orde reaksi menurut waktu dan
reaksi awal dari sederajat percobaan . metode membutuhkan pemetaan yang tepat
dari fungsi konsentrasi pereaksi antara waktu yang dipergunakan untuk
mendapatkan hasil yang tepat.
Titrasi Oksidasi dan
Reduksi
Tabel
pengamatan
|
Titrasi
|
Kedudukan
Buret :
-
Setelah titrasi
-
Awal titrasi
Jumlah
KMnO4 yang digunakan
|
11
15
4 ml
|
15 ml larutan asam oksalat
memerlukan 4 mL KmnO4. asam Oksalat yang telah panaskan sekitar suhu 80
derajat celcius akan berunah warna dan
terdapat endapan pada dasar labu setelah dicampurkan 4 ml KMnO4.
PENUTUP
Kesimpulan
Pemisahan dan
pemurnian ada beberapa cara pemisahan
campuran yaitu filtrasi, kristalisasi, destilasi. Jadi suatu larutan
yang dicampurkan dengan air dan kemudian disaring terdapat perbedaan dan hasil
saringan tersebut dipanaskan akan terlihat beberapa kristal. Sebagai contoh
garam ini merupakan suatu komponen. Bila suatu campuran yod dengan natrium
karbonat dapat menimbulkan kristal yang berwarna. Begitupula dengan campuran
garam dan pasir, air yang awalnya bening semakin disaring dan dicuci air saringan tersebut semakin pekat.
Kromatografi
adalah suatu teknik pemisahan dan pengidentifikasian campuran berdasarkan
perbedaan suatu kecepatan perambatan komponen dalam medium tertentu dan pada
kromatografi, komponen-komponenya akan dipisahakan antara dua buah fase yaitu
fase diam dan fase gerak. Difase diam akan menahan komponen campuran sedangkan
fase gerak akan melarutkan zat komponen campuran. Komponen diam yang mudah
tertahan pada fase diam akan tertinggal dan komponen yang mudah larut dalam
fase gerak akan dapat bergerak lebih cepat.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi laju reaksi adalah semakin besar temperatur yang diberikan
maka semakin cepat laju reaksi yang berlangsung. Dan juga semakin besar
molaritas maka semakin cepat konsentrasinya. Fungsi katalis adalah memperbesar
kecepatan laju raksi dengan jalan memperkecil energi pengaktifan suatu reaksi
dan dibentuknya tahap-tahap reaksi baru.
Semakin lama uapannya bertambah,telah beberapa lama
dilakukan pembakaran selama kurang lebih 15 Menit airnnya mendidih, dan
dilakukan titrasi, airnya berubah semakin jernih dan ada sedikit endapan
kotoran dari cairan KMnO4.
Semakin lama uapannya bertambah,telah beberapa lama
dilakukan pembakaran selama kurang lebih 15 Menit airnnya mendidih, dan
dilakukan titrasi, airnya berubah semakin jernih dan ada sedikit endapan
kotoran dari cairan KMnO4.
Saran
Dalam praktikum
kimia dasar masih sangat perlu bimbingan khusus, terutama pada penggunaan
alat-alat laboratorium. Serta dalam pembahasan materi juga diperlukan bimbingan
yang baik. Sehingga permasalahan dan tujuan dalam praktikum dapat terselesaikan
dan tercapai dengan maksimal.
Sebelum
melakukan praktikum alat dan bahan yang akan digunakan terlebih dahulu
disiapkan, agar dalam melakukan kegiatan praktikum dapat berjalan dengan baik,
sehingga waktu praktikum dapat dimanfaatkan dengan seeffisien mungkin.
DAFTAR
PUSTAKA
Annisa
2000 : 117 http://blogspot.com metode kromatografi , di postkan tanggal 11 januari 2002. Diakses tanggal 02 November 2011
pukul 17.00 WIB.
Aswad. Dkk., 2001. Kimia SMA 2. Erlangga. Jakarta.
Arsyad. M. Natsir.2001. Kamus Kimia Arti
dan Penjelasan Istilah. Gramedia. Jakarta.
Bird. 2000. Kimia XI A. Jakarta.
Erlangga.
B.J Stokes. 2004. Kimia Dasar 3.
ITB Press. Bandung.
Fransisco,
2004
http://blogspot.com asam-basa ,
di postkan tanggal 11 januari 2005. Diakses tanggal 02 November 2011 pukul
17.00 WIB.
http://blogspot-news,pemisahandan pemurnaian _(Nisa halimah.2009). http://blogspot-news,pemisahandan pemurnaian _(Fessenden,2002) ).
J.A. Hunt. Dkk. 2009.
Kimia Universitas Jilid 3. Erlangga. Jakarta.
Keenan. Charles W. Dkk. 2000. Kimia
Untuk Universitas Jilid 2. Erlangga. Jakarta
(Joko, 2008:157)
http://blogspot.com kromatografi kertas, di postkan tanggal 11 januari 2009. Diakses tanggal 02 November 2011
pukul 17.00 WIB.
Krisbiyanto. Adi. 2008, Panduan Kimia
Praktis SMA. Pustaka Widyautama; Jakarta
Konnaso. 2001. Katalis Pada Laju
Reaksi. Erlangga. Jakarta.
Purba Michael. 2002. Pemisahan filtrasi
destilasi dan kristalisasi. Erlangga. Jakarta.
Rassy,2004:367
http://blogspot.com stoikiometri,
di postkan tanggal 11 januari 2004. Diakses tanggal 02 November 2011 pukul
17.00 WIB.
Riccard,
2006:980
http://blogspot.com teori asam-basa,
di postkan tanggal 11 januari 2006. Diakses tanggal 02 November 2011 pukul
17.00 WIB.
Sahna. 2001. Buku Ajar
Vogel : Analis Anorganik Kuantitatif Makro dan Semimikro. PT Kalman Media Pustaka.
Jakarta.
Sitorus. Ronald. 2002. Pemisahan
dan Pemurnian. Erlangga. Jakarta.
Syukri.2000. Kimia Dasar 2. ITB
Press. Bandung.
Tamrin dan J. Abdul.
2008. Rahasia Penerapan Rumus-Rumus Kimia. Gita Media Pres : Jakarta
Wahyustatistik.blogspot.com/2010/05/laporan-kimia-laju-reaksi.